Bisnis

Bukan Cuma Murah, Ini 5 Faktor Pemicu Popularitas Thrifting

KANALBERITA.COM – Fenomena berbelanja barang bekas atau thrifting kini semakin meluas dan digandrungi berbagai kalangan di Indonesia, tidak hanya semata-mata karena tawaran harga yang terjangkau. Tren gaya hidup ini berkembang pesat didorong oleh beragam motivasi yang melampaui pertimbangan ekonomis, mulai dari kesadaran lingkungan hingga keinginan untuk tampil unik.

Istilah ‘thrift’ sendiri secara harfiah berarti hemat, yang kemudian berevolusi maknanya menjadi kebiasaan berbelanja busana atau barang preloved. Meskipun demikian, anggapan bahwa thrifting hanya tentang penghematan biaya tak lagi sepenuhnya relevan di tengah popularitasnya yang kian meroket. Para pelaku dan peminatnya kini digerakkan oleh alasan yang lebih kompleks dan beragam.

Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, dinamika thrifting ini juga tak lepas dari pengaruh media sosial. “Ada pengaruh media sosial juga yang mempromosikan budaya ini. Biasanya dimulai oleh para konten kreator yang punya reputasi. Dan, tahu sendiri anak muda kita kebanyakan FOMO (fear of missing out),” terangnya.

Devie mengidentifikasi setidaknya lima unsur utama yang mendorong perkembangan tren thrifting saat ini.

5 Pendorong Utama Popularitas Thrifting

1. Tekanan Ekonomi dan Krisis Keuangan

Gejolak ekonomi dan krisis keuangan global, seperti yang pernah dipicu oleh pandemi COVID-19 beberapa tahun silam, seringkali berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Ketika anggaran rumah tangga menipis, mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan sandang menjadi prioritas.

Dalam konteks ini, thrifting muncul sebagai solusi cerdas yang memungkinkan individu untuk tetap berbusana layak tanpa perlu menguras tabungan. Pakaian dan barang bekas yang masih berkualitas baik ditawarkan dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan produk baru, menjadikannya pilihan praktis bagi mereka yang harus berhemat namun tetap ingin tampil modis. Ini bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan, tetapi juga tentang manajemen keuangan yang bijak di masa-masa sulit.

2. Mendukung Gaya Hidup Berkelanjutan

Kesadaran akan isu lingkungan kian meningkat di berbagai lapisan masyarakat, termasuk dampak industri fesyen terhadap planet ini. Industri pakaian seringkali menjadi penyumbang limbah terbesar, dengan jutaan ton tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah setiap tahun.

Thrifting menawarkan jalur yang jelas menuju gaya hidup berkelanjutan atau ‘sustainable living’ dengan mengurangi permintaan akan produksi barang baru. Membeli barang bekas berarti memperpanjang siklus hidup suatu produk, mengurangi jejak karbon, serta meminimalkan sampah tekstil.

“Orang-orang sadar, kalau terus beli baju [baru], sampahnya makin banyak. Makanya, ya udah, beli yang bekas saja. Jadi, tidak menumpuk masalah sampah baru,” papar Devie yang menambahkan bahwa hal ini mencerminkan pergeseran paradigma konsumen yang kini lebih peduli terhadap etika dan dampak lingkungan dari setiap pembelian mereka.

3. Berburu Barang Unik dan Otentik

Di tengah dominasi busana produksi massal yang seragam, banyak individu mendambakan sesuatu yang berbeda. Thrifting menjadi Eldorado bagi para pencari keunikan dan otentisitas. Di toko-toko barang bekas, seseorang dapat menemukan busana atau aksesori ‘vintage’ yang jarang ditemukan di pasaran konvensional. Seringkali, item-item ini hanya tersedia satu potong, menjamin bahwa pemakainya akan memiliki gaya yang benar-benar eksklusif.

“Kalau di pasar loak hanya ada satu, entah ada di mana lagi kembarannya. Makanya terasa unik,” tambah Devie.

Sensasi berburu harta karun ini, ditambah dengan kemungkinan menemukan barang bermerek dengan harga fantastis, menambah daya tarik tersendiri yang tidak bisa ditawarkan oleh ritel modern.

4. Pengaruh Media Sosial dan Kreator Konten

Tidak dapat dimungkiri bahwa media sosial memiliki kekuatan besar dalam membentuk tren dan preferensi konsumen. Para kreator konten, atau yang biasa disebut ‘influencer’, memainkan peran krusial dalam mempopulerkan budaya thrifting. Dengan konten yang menarik, kreatif, dan seringkali informatif, mereka berhasil mengubah persepsi tentang barang bekas dari sekadar pilihan ‘murah’ menjadi alternatif ‘keren’ dan ‘sadar lingkungan’.

Tampilan ‘haul’ thrifting, tutorial mix-and-match, atau tips menemukan permata tersembunyi, semuanya berkontribusi untuk membuat thrifting terlihat menarik dan mudah diakses. Fenomena ini menciptakan gelombang minat, terutama di kalangan generasi muda yang aktif di platform digital.

5. Kebutuhan Eksistensi dan Ekspresi Diri

Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan identitas mereka kepada dunia. Di era digital ini, kebutuhan tersebut semakin kuat, terutama di kalangan generasi muda yang ingin tampil beda dan menarik perhatian. Thrifting menyediakan platform yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan eksistensi ini tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Dengan busana bekas yang unik dan stylish, seseorang dapat menciptakan gaya pribadi yang otentik, membedakan diri dari keramaian, dan tetap terlihat ‘up-to-date’. Ini adalah cara cerdas untuk membangun citra diri yang kuat di media sosial maupun di kehidupan nyata, membuktikan bahwa tampil modis dan berkarakter tidak selalu harus identik dengan membeli barang baru yang mahal.

Dari pertimbangan finansial yang cermat hingga aspirasi gaya hidup yang lebih etis dan personal, thrifting telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar aktivitas belanja. Ia adalah cerminan dari perubahan nilai-nilai masyarakat yang kini menghargai keberlanjutan, keunikan, dan ekspresi diri. Dengan demikian, popularitas thrifting bukan lagi sebuah anomali, melainkan sebuah tren yang kokoh dan relevan, membentuk masa depan industri fesyen dan konsumsi secara keseluruhan.

Tim Redaksi

Recent Posts

Hamas Tegaskan Senjata Akan Diserahkan Jika Pendudukan Israel Berakhir

KANALBERITA.COM -   Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa kelompoknya bersedia menyerahkan senjata…

4 jam ago

Kenali 7 Sinyal Tubuh Anda Butuh Lebih Banyak Asupan Lemak Sehat

KANALBERITA.COM -  Lemak seringkali disalahpahami sebagai musuh utama dalam pola makan sehat, terutama bagi yang…

5 jam ago

Meta Tunda Peluncuran Kacamata Mixed-Reality Hingga 2027

KANALBERITA.COM -  Meta dilaporkan menunda peluncuran kacamata Mixed-Reality, yang saat ini dikenal dengan nama kode…

5 jam ago

Data BNPB : 914 Jiwa Tewas Akibat Bencana Sumatera, 389 Hilang

KANALBERITA.COM -  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Sabtu (6/12) sore, 914 orang dinyatakan…

5 jam ago

Biaya Haji 2026 Resmi Ditetapkan, Simak Rincian Lengkap per Embarkasi

KANALBERITA.COM -  Pemerintah secara resmi telah menetapkan besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) untuk tahun…

2 hari ago

Google Ungkap Daftar Pencarian Paling Populer Selama 2025

KANALBERITA.COM  - Raksasa teknologi Google secara resmi telah mempublikasikan laporan tahunan "Year in Search" pada…

2 hari ago

This website uses cookies.