Anak-anak membaca buku di perpustakaan
KANALBERITA.COM – Di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kian meresap dalam kehidupan sehari-hari , para orang tua kini dihadapkan pada tantangan krusial dalam mendidik anak-anak. Mereka perlu membimbing buah hati agar tidak hanya menjadi pengguna pasif, melainkan berkembang menjadi individu dengan kemampuan berpikir kritis dan berpegang teguh pada nilai kemanusiaan.
Fenomena AI, mulai dari fitur pencarian suara, chatbot, hingga rekomendasi konten di gawai, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia anak-anak masa kini. Kehadiran teknologi ini memicu perdebatan mengenai bagaimana seharusnya orang tua menyikapi dan mengarahkan anak-anak mereka di era yang serba digital.
Ken Shelton, seorang ahli teknologi pendidikan dari Amerika Serikat dengan pengalaman lebih dari dua dekade, menekankan bahwa generasi saat ini tumbuh di lingkungan di mana AI adalah kenormalan yang akan terus berevolusi. Ia mengingatkan, “Versi AI saat ini adalah versi terburuk yang akan pernah ada,” mengisyaratkan potensi AI yang akan jauh lebih canggih di masa depan.
Dalam sesi Parent Workshop bertajuk “Membesarkan Pemikir Digital: Membantu Anak Berkembang di Era AI” yang diselenggarakan Redea Institute dan HighScope Indonesia Institute, Shelton menggarisbawahi potensi AI sebagai sarana pendamping belajar.
“AI tidak seharusnya menjadi penghalang belajar, justru hadir sebagai sarana yang menuntun siswa merumuskan pertanyaan yang tepat dan menggali pengetahuan lebih dalam,” jelasnya.
Pentingnya kolaborasi antara lingkungan sekolah dan keluarga dalam membentuk pemahaman anak tentang teknologi juga menjadi sorotan. Literasi AI merupakan fondasi krusial untuk menciptakan generasi yang mandiri, berpandangan jauh ke depan, serta memahami dampak sosial dari penggunaan teknologi yang mereka alami. Orang tua didorong untuk secara langsung mengamati bagaimana model bahasa besar dapat menimbulkan bias dalam informasi yang disajikan.
Shelton menegaskan bahwa otoritas kebenaran sesungguhnya ada pada manusia, bukan pada AI. “AI bukan otoritas kebenaran. Kitalah yang memegang otoritas itu. Tugas kita adalah bertanya, memverifikasi, dan mengajarkan anak melakukan hal yang sama,” ujarnya. Pesan ini menekankan pentingnya peran orang tua dalam menanamkan kemampuan verifikasi informasi pada anak.
Senada dengan Shelton, Antarina S.F. Amir, Pendiri dan CEO Redea Institute, menyatakan bahwa kesiapan mental dan kecakapan digital anak tidak bisa hanya menjadi beban satu pihak. Ini adalah upaya kolektif yang harus dibangun bersama.
“Kini saatnya kita memikirkan kembali peran kecerdasan buatan dalam pendidikan—dan bagaimana kita dapat mempersiapkan anak-anak sebagai pemikir digital yang siap menghadapi tantangan masa depan,” pungkas Antarina, menyoroti urgensi untuk beradaptasi dan berinovasi dalam pendekatan pendidikan.
KANALBERITA.COM - Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa kelompoknya bersedia menyerahkan senjata…
KANALBERITA.COM - Lemak seringkali disalahpahami sebagai musuh utama dalam pola makan sehat, terutama bagi yang…
KANALBERITA.COM - Meta dilaporkan menunda peluncuran kacamata Mixed-Reality, yang saat ini dikenal dengan nama kode…
KANALBERITA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Sabtu (6/12) sore, 914 orang dinyatakan…
KANALBERITA.COM - Pemerintah secara resmi telah menetapkan besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) untuk tahun…
KANALBERITA.COM - Raksasa teknologi Google secara resmi telah mempublikasikan laporan tahunan "Year in Search" pada…
This website uses cookies.