Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*
*penulis adalah pegiat da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten
Khutbah Pertama:
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي مَنَّ عَلَيْنَا بِسَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَمَعَنَا عَلَى حُبِّ اللهِ وَحُبِّ رَسُوْلِهِ سَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الَّذِي جَعَلَنَا مِنْ أَحْبَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُدَعَّمُ بِالْمُعْجِزَاتِ الْبَاهِرَاتِ وَالْمُؤَيَّدُ.
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الرَّحْمَةِ الْمُهْدَاةِ سَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَاصَحْابِهِ وَكُلِّ الْمُتَأَسِّيْنَ بِالْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَالْمُقْتَدِيْنَ بِهَدْيِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
أَمَّا بَعْدُ، فياعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ:
معاشر المسلمين رحمكم الله
Segala puji dan syukur kita hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menganugerahkan segala karunia-Nya kepada kita sehingga pada siang hari yang penuh keberkahan ini kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan aktifitas ibadah rutin kita yang hanya dapat kita jumpai seminggu sekali, yaitu ibadah jum’atan dalam keadaan sehat wal afiat dan mungkin ini adalah ibadah jum’atan terakhir kita serta belum tentu pada Jum’at yang akan datang apakah usia kita masih ada atau justrrunkita sudah dishalatkan oleh orang lain.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Junjunan kita, Nabi Agung, Rasul yang mulia, Nabi dan Rasul terakhir yang tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudahnya, yaitu kanjeng Nabi Besar Muhammad Shalallaahu alaihi wasallam, beserta seluruh keluarga, para sahabatnya serta seliruh ummatnya hingga akhir zaman. Dan mudah-mudahan kita khususnya yang hadir saat ini menjadi ummatnya yang mendapat syafaatnya. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Selaku khatib pada momen ibadah jum’atan kali ini saya berwasiat khususnya kepada pribadi sendiri juga kepada kita semua, untuk senantiasa selalu berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allâh Subhanahu Wa Ta’ala , satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang mentakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan berbeda dengan segala sesuatu, yang tidak membutuhkan kepada tempat dan arah serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Hari ini kita telah berada pada hari ke-12 bulan Rabi’ul Awwal 1447 H. Bulan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasallam, Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabi’ul Awwal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid dilakukan pada awal abad ketujuh hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia selalu merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Mengapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wasallam ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allâh anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat yang sangat agung ini.
Dengan sebab beliau, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. Dengan sebab beliau, kita mengenal Islam, satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridlai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul. Agama yang dengannya, kita akan selamat di kehidupan akhirat.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ.
(التوبة: 128)
Artinya : “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaammu sendiri, terasa berat terasa olehnya penderitaan mu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat bekas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. QS. At-Taubah 9 :128.
Perayaan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasallam adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam. Melalui perayaan maulid, kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi. Melalui perayaan maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad Shalallaahu alaihi wasallam. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.
Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya adalah sabda beliau:
لِكُلّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ).
Artinya: “Setiap nabi memiliki kesempatan berdo’a yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan do’anya, dan aku simpan do’aku sebagai syafa’at untuk ummatku di hari kiamat”. (HR. Muslim).
Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda:
يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafa’at maka syafa’atmu akan diterima.”
Lalu Baginda menjawab:
أَيْ رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)
“Wahai Tuhanku, umatku umatku.” (HR an-Nasa’i).
معاشر المسلمين رحمكم الله
Perayaan maulid di bulan Rabi’ul Awwal mengingatkan kita akan keagungan baginda, keutamaannya, akhlaknya, perjuangannya, gambaran ketampanan dan keindahan jasad mulianya. Ketika dilantunkan puji-pujian kepadanya dan jamaah maulid mulai menyebut-nyebut namanya, biasanya kita akan terbawa suasana haru. Sehingga dalam hati kita berucap, “Andai saja aku mendapat kemuliaan bertemu dengan baginda, meskipun hanya dalam mimpi.”
Seorang mukmin sejati pasti merindukan Baginda Nabi Shalallaahu alaihi wasallam. Seorang mukmin sejati pasti-lah sangat ingin bertemu dengan Baginda walaupun sekejap pandangan mata dalam mimpi.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Suatu ketika, sahabat Bilâl al-Habasyi melihat dalam mimpi wajah baginda Nabi Shalallaahu alaihi wasallam yang memancarkan cahaya. Begitu Bilal terbangun, rasa rindu yang membuncah dan gelora cinta yang menyala-nyala memandunya untuk memacu hewan tunggangannya melewati gurun-gurun pasir yang tandus. Ia percepat perjalanannya di malam dan pagi hari, agar dapat segera sampai ke Madinah Al Munawwaroh
Sesampainya di Madinah, Bilal lantas berdiri di dekat peraduan baginda, di dekat makamnya. Air mata pun mengalir deras dari kedua matanya. Ia tumpahkan air mata agar dapat meringankan kerinduan yang bergejolak di hati. Akan tetapi mana mungkin kerinduan itu terobati? Bilâl-lah yang sebelum meninggal, melontarkan perkataan:
غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّةْ مُحَمَّدًا وَصَحْبَهْ
“Besok di akhirat aku akan menemui orang-orang yang aku kasihi, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”
معاشر المسلمين رحمكم الله
Mengapa kita merayakan maulid? Karena perayaan maulid adalah salah satu bentuk syukur kita kepada Allâh atas kelahiran Nabi yang kita cintai.
Bahkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam sendiri yang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri hari kelahirannya. Ketika ditanya tentang puasa sunnah hari senin, beliau menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ).
Maknanya: “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan wahyu pertama kepadaku”. (HR Ahmad dan al-Baihaqi. Dikutip dari Dalâ’il an-Nubuwwah.)
معاشر المسلمين رحمكم الله
Mengapa kita merayakan maulid? Karena perayaan maulid adalah bentuk pengamalan terhadap hadits:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR al-Bukhâri).
Peringatan maulid dengan segala kreatifitas peringatan maulid adalah salah satu sarana untuk menanamkan dan menebarkan cinta terhadap Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam kepada lintas generasi, agar mereka terpaut hati dengannya. Bahkan peringatan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasallam termasuk salah satu amal yang paling utama karena menuntun kita menuju cinta yang mulia ini. Yaitu cinta kepada insan pilihan yang telah datang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan, kezhaliman, kejahiliahan, kemusyrikan dan kekufuran.
Melalui peringatan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasallam kita belajar, mengajarkan dan saling mengingatkan bahwa Rasûlullâh Shalallaahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling mulia.
Dengan mengetahui ketinggian derajat dan kemuliaannya, insyâ Allâh cinta dan pengagungan kita kepadanya semakin menguat dan mendalam. Cinta inilah yang akan mendorong kita untuk menjalankan perintahnya dan mengikuti ajaran-ajarannya.
Dan salah satu cara mencintai Baginda Rasul Shalallaahu alaihi wasallam adalah dengan menghidupkan Amaliah Sunnah yang diajarkan Baginda Nabi Shalallaahu alaihi wasallam.
من أحب سنتي فقد أحبني، ومن أحبني كان معي في الجنة”. هذا الحديث رواه الإمام الترمذي وأبو يعلى والطبراني وغيرهم،
“Barangsiapa mencintai sunnahku, tentulah dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku adalah dia akan bersamaku di surga“. (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi. Abu Ya’la, Thabrani dan lainnya.)
Suatu ketika Sayyidah ‘Aisyah (isteri beliau) ditanya oleh sahabat; “Yaa Ummahatul Mukminin, apa akhlaq Nabi Shalallaahu alaihi wasallam sehingga begitu mulia beliau itu?”,
Sayyidah ‘Aisyah menjawab :
كان خلقه القران
“Akhlaq yang membuat beliau mulia itu adalah Al Qur’an”.
Oleh karena itu mencintai, belajar dan mengajarkan serta mengamalkan Al Qur’an juga menghidupkan Amaliah Sunnah adalah bentuk mahabbah kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasallam yang akan memartabatkan dan memuliakan kita sebagai ummatnya. Insya Allah.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Mengapa kita merayakan maulid? Karena dalam peringatan maulid, kita belajar dan mengajarkan tentang ciri-ciri fisik mulia Rasulullah Shalallaahu alaihi wasallam. Barang siapa yang melihatnya dalam mimpi, sungguh ia akan melihatnya dalam keadaan jaga sebagaimana sabda Baginda:
مَنْ رَءََانِيْ فِيْ الْمَنَامِ فَسَيَرَانِيْ فِيْ الْيَقَظَةِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
Artinya: “Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan jaga”. (HR al-Bukhari dan Muslim.)
Dalam peringatan maulid, dibacakan sirah nabawiyyah (sejarah hidup Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam). Diceritakan bahwa Nabi Shalallaahu alaihi wasallam tumbuh dalam keadaan yatim. Maka keyatiman seseorang jangan sampai menghalanginya untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak Nabi Shalallaahu alaihi wasallam dan beradab dengan adab-adabnya.
Dengan mengkaji sejarah hidup Nabi Shalallaahu alaihi wasallam , kita belajar kejujuran dari aktivitas dagangnya. Betapa beliau adalah orang yang sangat jujur dalam berniaga sehingga keberkahan begitu tampak pada hartanya.
Dengan membaca dan mendengarkan sejarah hidup beliau disampaikan dalam moment peringatan maulid Nabi Shalallaahu alaihi wasallam, para dai belajar berbagai metode dakwah dari baginda.
Beliau memulai dakwah secara sembunyi sendirian, menyeru dan mengajak kepada masyarakat sekitarnya menuju Islam hingga agama yang mulia ini menyebar ke seluruh penjuru jazirah arab.
Estafet dakwah sepeninggal beliau dilanjutkan oleh para sahabatnya. Hingga Islam menyebar ke berbagai belahan dunia.
Dalam pembacaan terhadap sejarah hidupnya, terdapat pelajaran bagi umat untuk memiliki karakter dengan akhlak yang mulia. Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالْبَيْهَقِيُّ)
Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.” (HR al-Bazzar dan al-Baihaqi.)
Dalam rangkaian acara peringatan maulid Nabi, banyak sekali perbuatan baik yang dianjurkan oleh syariat, seperti pembacaan ayat al-Qur’ân, sedekah makanan, doa bersama dan menjadi ajang shilaturrahim serta mengokohkan simpul-simpul tali persaudaraan antarsesama umat Islam. Dan tentu saja menjadi sebuah kegiatan untuk memperbanyak bacaan shalawât sebagaimana diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
Maknanya: “Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. QS. Al-Ahzâb: 56.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberkahi kita serta mendapatkan kemanfaatan dari setitik ilmu yang kita peroleh melalui momen khutbah ini.
Dan Semoga kita semakin menambah kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasallam .
با ك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَا مَانِعَ لِمَا وَهَبَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا سَلَبَ، طَاعَتُهُ لِلْعَامِلِيْنَ أَفْضَلُ مُكْتَسَبٍ، وَتَقْوَاهُ لِلْمُتَّقِيْنَ أَعْلَى نَسَبٍ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ هَزَمَ اْلأحْزَابَ وَغَلَبَ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ اصْطَفَاهُ وَانْتَخَبَ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَ اصَحِابِهِ الْفَائِقِ فِيِ اْلفَضَائِلِ وَالرُّتَبِ، وَفَرَّ الشَّيْطَانُ مِنْهُ وَهَرَبَ، وَ ذِيْ النُّوُرَيْنِ التَّقِيِّ النَّقِّيْ الْحَسَبِ،
وَعَلَى بَقِيَّةِ أَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اكْتَسَوْا فِيْ الدِّيْنِ أعْلَى فَخْرٍ وَمُكْتَسَبٍ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا أَشْرَقَ النَّجْمُ وَغَرَبَ،
أما بعد : فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْرحيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد.
سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.