KANALBERITA.COM Federasi Diabetes Internasional (IDF) secara resmi mengakui keberadaan diabetes tipe 5, sebuah terobosan baru dalam pemahaman penyakit kronis ini, terutama di negara berkembang. Diabetes tipe 5 dikenali sebagai kondisi yang ditandai dengan defisiensi insulin berat dan seringkali menyerang individu muda dengan tubuh kurus yang memiliki riwayat kekurangan gizi.
Penyakit ini diperkirakan telah memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, khususnya di wilayah Asia dan Afrika, namun selama ini luput dari perhatian global. Pengakuan resmi ini diharapkan dapat mengubah paradigma penanganan diabetes secara mendunia, karena kondisi ini telah lama terabaikan meskipun dampaknya signifikan.
Presiden IDF, Profesor Peter Schwarz, menyatakan, “Pengakuan diabetes tipe 5 menandai perubahan bersejarah dalam cara kita menangani diabetes secara global. Sudah terlalu lama kondisi ini tidak dikenali dan memengaruhi jutaan orang.”
Diabetes tipe 5 memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis diabetes lain. Berbeda dengan diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh gangguan autoimun dan diabetes tipe 2 yang terkait dengan resistensi insulin, diabetes tipe 5 muncul akibat kerusakan pankreas yang dipicu oleh kekurangan nutrisi jangka panjang.
Mekanisme dan Sejarah Diabetes Tipe 5
Pada diabetes tipe 5, tubuh tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang memadai karena gangguan pada pankreas. Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan malnutrisi kronis, terutama defisiensi nutrisi yang dimulai sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Akibatnya, penderita tidak mengalami resistensi insulin.
Faktanya, kondisi diabetes yang terkait dengan malnutrisi ini telah diamati selama lebih dari 70 tahun. Namun, penyakit ini kerap kali terpinggirkan dalam diskusi medis global. Profesor Meredith Hawkins dari Albert Einstein College of Medicine menyoroti bahwa kondisi ini secara historis kurang terdiagnosis dan sulit dipahami.
“Diabetes terkait malnutrisi sebenarnya lebih umum daripada tuberkulosis dan hampir setara dengan HIV/AIDS. Namun, ketiadaan nama resmi menghambat upaya diagnosis dan pengembangan terapi yang efektif,” ujar Hawkins, mengutip dari Medscape.
Hawkins pertama kali mengidentifikasi kasus ini pada tahun 2005 saat merawat pasien muda yang bertubuh kurus dan menunjukkan gejala diabetes tipe 1. Pemberian insulin pada pasien ini tidak memberikan hasil yang efektif, bahkan pada beberapa kasus justru menyebabkan penurunan gula darah yang ekstrem.
Secara historis, kasus pertama diabetes terkait malnutrisi dilaporkan di Jamaika pada tahun 1955. Kondisi ini paling sering ditemukan pada pria muda di negara berkembang dan seringkali salah didiagnosis sebagai diabetes tipe 1, meskipun tidak mengalami ketosis meskipun kadar gula darah sangat tinggi.









