Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*

*penulis adalah pegiat da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten
Khutbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ المصطفى الْمُخْتَارُ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الجبار، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
وقال الله تعالى في القرآن الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم،
وإذا ساءلك عبادي عني فاني قريب اجيب دعوة الداعي اذا دهان فليستجيبوالي وليؤمنوابي لعلهم يرشدون.
البقرة : ١٨٦
معاشر المسلمين رحمكم الله
Alhamdulillah segala puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada satu -satunya Dzat yang berhak disembah, diagungkan, dan disucikan, dialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala Penguasa dan pencipta alam semesta beserta apa yang ada di dalamnya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, seluruh keluarga, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa meneladani mereka dengan ihsan, sampai datangnya hari kebangkitan.
Pada kesempatan yang mulia ini, kembali khatib menasihatkan khususnya untuk diri khatib pribadi, dan umumnya kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, dengan melazimi amal-amal saleh dan meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah Ta’ala.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Di antara doa yang sering dilantunkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam , sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi No. 3482 dan Imam Abu Daud No. 1549, dari Abdullah Bin Amru, adalah doa meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari empat keburukan.
Doa tersebut berbunyi,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، ومِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعِ.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak pernah khusuk, dari doa yang tidak didengar, dari nafsu yang tidak pernah puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari empat keburukan ini.”
Pada doa di atas, Nabi kita mengajarkan untuk berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari empat perkara. Keempat perkara tersebut wajib dijauhi oleh setiap Muslim, karena darinya akan lahir berbagai macam keburukan dan kerusakan.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Pertama : Berlindung dari hati yang tidak pernah merasakan khusyu’
Hati di dalam tubuh manusia ibarat raja. Ke mana tubuh bergerak dan kaki melangkah bergantung kepada irodah hati. Bila hatinya baik maka tubuh akan diarahkan kepada hal yang baik, namun jika hatinya jahat maka tubuh pun akan mengikutinya.
Nabi saw menyadari betapa sentralnya fungsi hati. Oleh karena itu, beliau memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari hati yang tidak merasakan khusyuk, yakni kondisi ketika hati tidak merasakan kenikmatan dalam beribadah dan bermunajat kepada-Nya.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala firmankan dalam al-Quran Surat az-Zumar ayat 22,
فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
Penyebab hati menjadi keras adalah karena terlalu banyaknya noda-noda dosa yang menempel di dalamnya. Sehingga, cahaya iman dan hidayah Islam sulit menyusup ke dalamnya.

Benarlah apa yang dipesankan Sayidina Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
“لَوْ طَهَرَتْ قُلُوْبُنَا، مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللّٰهِ”
“Seandainya hati kita bersih dari noda-noda dosa, kita tidak akan pernah merasa kenyang (puas/bosan/jenu) dari membaca al-Quran.”
Sumber kutipan ini dapat ditemukan dalam kitab Ighatsatul Lahfan min Mashayid Asy-Syayathin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (1/64).
Maka cara membersihkan hati yang kotor itu dengan kembali kepada Allah Ta’ala, memperbanyak tobat, istigfar, dan amal saleh, serta menjauhi perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Kedua : Berlindung dari doa yang tidak didengar
Mungkinkah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mendengar? Padahal Allah memiliki sifat as-Sami’ yang artinya Maha Mendengar. Bukan hanya yang terucap dari lisan, tapi apa yang terbetik di dalam hati Allah pun mendengar dan mengetahuinya.
Lantas apa maksud dari doa di atas? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam bukunya Majmu’ Fatawa, “Bahwa berlindungnya Nabi dari doa yang tidak didengar maksudnya doa itu tidak dikabulkan.”
Dan di antara sebab suatu doa tidak dikabulkan adalah doa tersebut mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, atau doa dari orang yang masih memakan harta haram.
Hal ini Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim hadits no. 1015, ketika Nabi Shalallahu alaihi wasallam menceritakan tentang seorang lelaki yang mengangkat kedua tangannya meminta pertolongan kepada Allah, tetapi, makanannya, minumannya, dan baju yang dipakai serta daging yang tumbuh dalam jasadnya, semuanya berasal dari harta haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?
معاشر المسلمين رحمكم الله
Ketiga : Berlindung dari Nafsu yang tidak pernah puas.
Imam as-Suyuthi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim-nya ketika menerangkan makna “dari nafsu yang tidak pernah puas”, ia berkata,
هُوَ اِسْتِعَاذَةُ مِنَ الْحِرْصِ وَالطَّمَعِ وَشَرِّهِ وَتَعَلُّقِ النَّفْسِ باِلْآمَالِ الْبَعِيْدَةِ
“Ini adalah doa meminta perlindungan dari sifat rakus, tamak, jahat, dan keterikatan nafsu pada angan-angan yang jauh.”
Tidak mengherankan apabila seseorang memiliki sifat ini, maka ia tidak akan pernah puas dengan apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepadanya. Nafsunya senantiasa menuntut lebih.
Dengan demikian, tidak jarang menjadikan pemiliknya bersifat rakus, tamak, dan culas. Nabi saw mengingatkan,
مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ : طَالِبُ عِلْمٍ وَطَالِبُ دُنْيَا
“Ada dua orang yang tidak pernah merasakan puas. Pertama, penuntut ilmu agama; dan kedua, pencari dunia.” (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/92. Dinilai sahih oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi).
معاشر المسلمين رحمكم الله
Keempat : Berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat
Ilmu yang tidak bermanfaat ada dua macamnya.
Pertama, tidak bermanfaat secara dzatnya, seperti ilmu sihir, perdukunan, dan ilmu meramal. Semua ini adalah ilmu yang tidak membawa manfaat sedikit pun. Justru membawa mudharat kepada pemiliknya dan orang lain.
Kedua, yaitu ilmu secara dzatnya bermanfaat, seperti ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadits, namun pemiliknya tidak mengamalkannya, atau menyelisihi apa yang telah dipelajari atau niat mencari ilmu bukan mengharap keridhaan Allah Ta’ala.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ، أَوْ يُمارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، أَوْ يصرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، أَدْخَلَهُ اللهُ جَهَنَّمَ.
“Barang siapa yang mempelajari sebuah ilmu dengan niat untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau agar menarik perhatian orang lain kepadanya (ingin dianggap orang alim), maka Allah akan memasukkannya dalam neraka jahanam.” (HR. Abu Daud no. 3664; HR. Imam Ahmad No. 8457. Syaikh Al-Bani menyatakan hadits ini sahih).
Inilah khutbah Jum’at yang dapat saya sampaikan. Semoga, kita semua dijauhkan dan dilindungi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari empat keburukan yang disebutkan dalam hadits Nabi saw di atas.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ بَعَثَ رَسُوْلَهُ بِاللِّسَانِ اْلفَصِيْحِ وَالشَّرْعِ الْمَلِيْحِ، وَجَعَلَ الدِّيْنَ الصَّحِيْحِ مُوَافِقاً لِلْعَقْلِ الصَّرِيْحِ، لاَ عَدَاوَةَ بَيْنَ الدِّيْنِ الصَّحِيْحِ وَاْلعَقْلِ الصَّرِيْحِ أَبَدا.
وأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وحده لا شريك له، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الذي لا نبي ولا رسول بعده. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاصَحْابِهِ ومن تبع هداه الى يوم القيامة.
أما بعد :
فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْكم و نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى في القرآن الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم ،
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.
اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.












