HeadlineKolom

FUUI: Dedi Mulyadi Hendaknya Fokus Melaksanakan Tugasnya Sebagai Gubernur

×

FUUI: Dedi Mulyadi Hendaknya Fokus Melaksanakan Tugasnya Sebagai Gubernur

Sebarkan artikel ini
Gedung Sate
Gerbang Gedung Sate yang dianggap mirip Candi Bentar yang menelan anggaran Rp 3,9 M telah menimbulkan pro dan kontra masyarakat Jawa Barat ( Foto: Jawa Pos)

BANDUNG, Kanal Berita – – Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali M,Dai Lc,MA menyampaikan keprihatinan para Ulama terkait berbagai kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang sangat menyimpang jika diukur dengan norma dan syariat Islam.

 

Pengalaman di Purwakarta Jadi Pelajaran

Menurut KH Athian, kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan juga  kepada pengalaman sebelumnya ketika yang bersangkutan menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Selama menjabat,  para ulama di Purwakarta tidak henti-hentinya menyampaikan keresahan mereka atas kebijakan-kebijakan beliau sebagai Bupati yang sangat bertolak belakang dengan prinsip ajaran Islam yang dianut mayoritas masyarakat di Purwakarta.

 

Deretan Kebijakan Kontroversial

KH Athian sendiri mencatat setidaknya lebih dari 10 masalah yang telah menimbulkan kegaduhan di masyarakat selama kurang lebih setahun beliau menjabat. Beberapa di antaranya adalah :  Usulan Nyi Roro Kidul menjadi ikon pariwisata.Kebijakan vasektomi sebagai syarat menerima bantuan sosial, Penghapusan anggaran pesantren, Perubahan nama Rumah Sakit Al Ihsan menjadi Welas Asih. Buruknya hubungan eksekutif dan legislatif, serta yang paling disorot adalah pembesaran-besaran budaya yang dinilai mengandung unsur kemusyrikan.

 

Gedung Sate Berubah

KH Athian yang sejak lahir tinggal di Bandung dan senantiasa dekat dengan para gubernur sebelumnya, menyatakan bahwa Gedung Sate kini berubah sangat drastis. Jika sebelumnya nuansa Sunda dan Islami masih terasa di kantor pemerintahan tersebut, kini suasananya berubah total.

” Kini banyak sekali ikatan padi bergelantungan dilorong-lorong bangunan utama. Terdapat pula bumbu-bumbu masak seperti bawang, cabai dan sebagainya,  sehingga sudah tidak terasa lagi suasana disebuah tempat kantor pemerintahan. Dari sisi estetika terkesan seperti sebuah gudang atau dapur umum,” kritik KH Athian.

Ia mempertanyakan tujuan ikatan-ikatan padi yang digantung tersebut. Menurutnya, bukankah akan lebih baik jika ikatan-ikatan padi tersebut disedekahkan kepada fakir miskin untuk diolah menjadi beras dan nasi untuk mereka makan, daripada hanya digantung-gantung tanpa manfaat yang jelas.

KH Athian Ali
Ketua Umum Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH.Athian Ali,M.Dai ( foto: dok.pribadi)

Kereta Kencana dan Simbolisme yang Dipertanyakan

Salah satu yang paling menjadi sorotan adalah keberadaan dua buah kereta  di area Gedung Sate. Pihak pemerintah menyatakan bahwa kereta kencana tersebut menjadi simbol kecepatan agar para pegawai cepat menyelesaikan pekerjaan.

KH Athian dengan penuh rasa heran  mempertanyakan logika tersebut.

“Kalau memang itu maksudnya kenapa  simbolnya itu tidak pesawat misalnya,  kan jauh  lebih cepat.Karena kalau hanya kereta  apa bedanya dengan gerobak, sama-sama terbuat dari kayu, sama-sama harus didorong atau ditarik,” jelas KH Athian.

Demikian juga dengan klaim bahwa kereta kencana adalah simbol daya dobrak. Menurutnya, jika memang untuk simbol daya dobrak, lebih tepat tentunya menggunakan simbol tank misalnya yang memang memiliki daya dobrak yang nyata.

 

Video Penyembahan Kereta dan Sesajen

Yang lebih mengkhawatirkan, beredar video yang menunjukkan kereta tersebut disembah. Sejak di Purwakarta, dibawah kereta tersebut selalu  ada sesajen yang disiapkan setiap hari.

“Jadi ada sesajen yang setiap hari atau setiap sekian hari diganti dengan sesajen yang baru. Jadi memang itu bukan hanya simbol dari daya dobrak dan percepatan semata , tapi  sebuah keyakinan, dimana jelas sekali dalam video jika kereta tersebut dipuja dan diistimewakan ,” terang KH Athian.

Ia menambahkan bahwa dulu di Purwakarta, saat hari ulang tahun kota Purwakarta, kereta tersebut diarak  keliling kota tanpa ada yang menungganginya. Ketika ditanyakan mengapa menarik kereta kosong, jawabannya konon yang duduk di sana adalah Nyi Roro Kidul.

 

Dalam pandangan Islam, menurut KH Athian,

” Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi adalah makhluk ciptaan Allah SWT, yang karenanya hanya Allah SWT yang berhak menentukan fungsi dari setiap makhluk ciptaan-Nya. Batu, kayu, pohon dan binatang misalnya harus difungsikan dan diyakini fungsinya sebagaimana yang dinyatakan oleh penciptanya.Ketika seseorang meyakini bahwasanya batu atau kayu tertentu bukan sembarang batu atau kayu, sehingga diperlakukan secara istimewa bahkan disembah, maka itu sudah musyrik.

Jika seorang muslim saat melaksanakan thawaf disunnahkan mencium hajar aswad, maka bukan karena keistimewaan dan kemuliaan batu tersebut,tapi semata-mata karena diperintahkan Allah SWT,” ujar KH Athian Ali

 

Candi Bentar Bukan Budaya Sunda

Kontroversi lain yang mencuat adalah pembangunan pilar berbentuk candi bentar di gerbang Gedung Sate. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat menyatakan bahwa candi bentar adalah budaya Sunda.

Menanggapi hal ini KH Athian tegas menolak klaim tersebut. ” Sepengetahuan saya pernyataan ini  tidak berpijak kepada fakta sejarah .  Tidak ada sedikitpun budaya Sunda  terkait dengan candi bentar. Candi bentar itu bukan budaya khas Jawa Barat, tapi warisan era Majapahit di Jawa Timur yang  kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh Bali dan Cirebon. Jadi sama sekali bukan budaya Jawa Barat,” tegasnya.

 

Pemborosan Anggaran di Tengah Himbauan Penghematan

FUUI juga mempertanyakan urgensi mengganti pilar yang sudah ada dan masih kokoh. Biaya untuk mengganti pilar tersebut dilaporkan mencapai Rp3,9 miliar.

“Pak Gubernur terkesan seperti menelan kembali ludahnya.Di satu kesempatan mengimbau penghematan dengan mengencangkan ikat pinggang dan lain sebagainya. Tapi yang kini dilakukan bukan penghematan, bahkan membuang-buang uang untuk hal-hal yang tidak penting. Bangunan pilar lama  yang masih sangat kokoh dan  bagus malah dihancurkan tanpa ada urgensinya, kecuali membuat suasana tidak lagi seperti di Bandung Jawa Barat tapi lebih terasa seperti suasana di Bali atau suasana dimasa  kerajaan Majapahit” kritik KH Athian.

 

Laporan Keresahan dari Berbagai Daerah

FUUI mengungkapkan bahwa laporan, telepon, dan pesan WhatsApp yang masuk kepadanya sudah luar biasa banyak.

” Bukan hanya dari Jawa Barat, tetapi juga dari Jakarta bahkan dari saudara- saudara kita di luar negeri yang berasal dari Jawa Barat . Mereka semua pada prinsipnya mempertanyakan dan menyesalkan, mengapa Jawa Barat yang mayoritas muslim kok sekarang tampil dalam wujud  seperti ini ,” ungkap KH Athian.

 

Semua Ormas Islam Bersuara

Yang menarik, untuk pertama kalinya semua organisasi massa Islam yang besar  di Jawa Barat menyuarakan keprihatinannya.

” Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat bakal mengguncang Gedung Sate dengan rencana istighosah berjamaah sebagai senjata spiritual melawan kebijakan KDM (Kang Dedi Mulyadi) sebagai Gubernur Jabar yang dinilai otoriter, diskriminatif, dan mematikan pesantren serta sekolah swasta”

” Muhammadiyah ingatkan KDM jangan buat kebijakan ugal-ugalan “.

” Persis ingatkan KDM tak buatkan kebijakan grasak-grusuk”

 

Saran Kepada Gubernur

KH Athian juga meminta agar Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat lebih fokus bekerja merealisasikan program-program yang sudah dikampanyekan dulu dan tidak sibuk membuat kegaduhan. Sebab, jika terus membuat kegaduhan baik dari kebijakan yang kontroversi maupun pernyataan dalam konten di media sosial. Jika yang bersangkutan punya keyakinan itu haknya. Tapi kalau keyakinan itu mau dia sebarkan kepada masyarakat,  tentu kita sangat keberatan, karena masyarakat Jawa Barat mayoritas  beragama Islam,” tegas KH .Athian Ali

 

Ketua FUUI ini kemudian menambahkan

” Jika pak Dedi Mulyadi  fokus pada fungsi dan tugasnya sebagai gubernur dengan baik , insya Allah para ulama dan masyarakat Jawa Barat akan mendukung sepenuhnya. Tapi kalau kemudian malah memanfaatkan posisinya untuk menyebarkan keyakinan yang sangat bertentangan dengan keyakinan Islam, maka saya yakin para ulama tidak akan tingggak diam, karena para Ulama sebagai warasatul Anbiyaa, berkewajiban menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Siapapun akan terancam ” lafii khusrin ” rugi dunia akhirat , jika berdiam diri tidak melaksanakan kewajiban ” Tawaa-shau bil hak ” tegasnya.

Karenanya, diharapkan Gubernur segera menyadari, jika dirinya sedang memimpin masyarakat Jawa Barat yang mayoritas muslim dan agar fokus kepada tugasnya sebagai  gubernur, agar suasana yang kondusif tetap terjaga dan terpelihara di negeri ini khususnya di Jawa Barat. [ ]

Example 300x600
Khutbah Jumat
Headline

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA* *penulis adalah pegiat da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten   Khutbah Pertama:   الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ…