Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat: Pelita Penerang Kegelapan

118
×

Khutbah Jumat: Pelita Penerang Kegelapan

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat
Khatib sedang menyampaikan khutbah Jumat ( ilustrasi foto: istimewa)

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*

*penulis adalah anggota Komisi Dakwah MUI Pusat dan anggota Bidang Dakwah PB MA serta pengasuh pesantren di Banten

 

 Khutbah Pertama:

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا إِلَى دِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلَهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الزِّحَامِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ سَيِّدَ الْأَنَامِ، الَّذِي دَعَانَا إِلَى دِيْنِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ

مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّام.

اما بعد:   فيا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ ، وَتَفَكَّرُوْا فِي نِعَمِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْهُ، وَاذْكُرُوا آلَاءَ اللهِ وَتَحَدَّثُوا بِفَضْلِهِ وَلَا تَكْفُرُوْهُ،

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ ‌فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Syukur dan puji seluruhnya milik Allah, dzat yang Maha pengasih dan penyayang yangengangkat serta  meninggalkan derajat hamba-Nya yang berbakti kepada-Nya.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Junjunan Agung asyroful anbiya wal Mursalin, yakni Kanjeng Nabi Muhamad saw beserta seluruh keluarga, para sahabatnya dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman.

Dari mimbar ini saya berwasiat khususnya kepada diri saya dan kita sekalian, marilah kita bersama meningkatkan dan mengokohkan keimanan dan ketakwaan ini kepada Allah SWT, karena dengan takwa kita mempersiapkan bekal  dan pakaian terbaik kita untuk kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

ولباس التقوى ذالك خير.

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Sahabat Abu Bakar Shiqqiq pernah menyampaikan bahwa ada empat kegelapan untuk manusia. Tentu maksud “gelap” disini bukan bermakna gelap secara harfiah, seperti yang dialami mata kita ketika tidak mendapatkan cahaya, tapi gelap bermakna hakiki yang mengakibatkan kita salah melangkah atau tersesat dalam sikap dan perilaku.

Empat kegelapan ini perlu kita ketahui agar kita tidak terjerembab.  Dan yang tak kalah penting untuk kita yaitu mengetahui pelita yangbisa menerangi saat kita sedang dalam kegelapan.

Sebagaimana Syekh Nawawi Al Bantani sampaikan dalam kitab Nashoihul ‘Ibad halaman 31.

 

GELAP YANG PERTAMA menurut sahabat Abu Bakar Shiddiq  yaitu hubbud Dunya (terlalu mencintai dunia. Imam Nawawi menjelaskan “Seseorang yang terlalu mencintai dunia sangat rentan terjerumus kedalam perkara yang syubhat, makruh bahkan sering kepada sesuatu yang diharamkan.”

Pantas Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Mengingatkan sebagaimana hadits yang riwayatkan Imam Baihaqi.:

حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ

Artinya, “Resep kana dunya teh indungna tina sagala kasalahan,” (HR. Al-Baihaqi).

 

Maksudnya bukan berarti Islam anti kekayaan. Sebab tidak bisa dipungkiri, segala bentuk ibadah yang kita kerjakan baik ibadah mahdhoh maupun ibadah ghoir mahdho membutuhkan harta

Hanya saja Agama melarang mencintai dunia  karena mencintai yang berlebihan dapat  mencelakakan kita dan dapat melahirkan sifat buruk, seperti sifat rakus, sifat koret, hilang urat malunya, malas berinfaq dan berzakat, melalaikan ibadah karena sebab terlaku menntai dunia secara berlebihan dan serampangan

Adapun pelita  yang menerangi  terhadap penyakit cinta dunia yang berlebihan yaitu takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Artinya ketika mencinta dunia secara berlebihan secara spontan hati merasa takut untuk melalaikan perintah Allah SWT, apalagi untuk melanggar setiap larangan Allah SWT. Karena dengan takwa, akan lahir sifat ikhthiyath (hati-hati) dan waspada

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

GELAP YANG KEDUA Yaitu melakukan pekerjaan dosa.

Bukti bahwa dosa merupakan gelapnya manusia sebagaimana sabda Rasul Saw dalam satu hadits

 

إِنَّ العَبْدَ ‌إِذَا ‌أَخْطَأَ ‌خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ

 

Artinya, “Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, akan timbul titik kesalan Nalika hamba migawe hiji kesalahan, maka timbul titik hitam di hatinya.   Sasaran berikutnya .adalah  ketika seseorang mencabut/meninggalkan pekerjaan dosanya lalu istighfar dan bertobat, maka hatinya bersih dan berkilau  kembali,” (HR. at-Tirmidzi).

 

Jadi setiap kita melakukan perbuatan dosa, bakal kotor dan pekat hati kita. Karena itu akan sangat bijak jika kita berhenti langsung dari semua perbuatan dosa. Saat kita tidak sengaja pun karena tidak melakukan perbuatan dosa, maka secepatnyalah berhenti dari perilaku dosa dengan bertobat dan memperbanyak istighfar kepada Allah SWT.

 

Tobat juga merupakan tahapan penting dalam proses membersihkan diri untuk siapapun yang ingin berjalan yang diridhoi Allah SWT sembarimendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Tobat juga adalah salah satu jalan untuk mendapatkan keridhoan dan kecintaanya. Walhasil tobat teh nyaeta jalan keur urang ngengingkeun karidhoan miwah kacintaan Alloh swt:

إِنَّ اللَّهَ ‌يُحِبُّ ‌التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah encntai hamba-Nya yang bertobat dan membersihkan diri”,  (QS. Al-Baqarah [2]: 222).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

GELAP YANG KETIGA DAN KEEMPAT  yaitu gelap di alam kubur dan din akhirat.

Secara zhohir, kita membayangkan bagaimana gelapnya ketika kita berada di dalam kubur. Sendiri berada di dalam ubur ditutup rapat dan dijejali tanah  walaupun itu bukan hakikat alam kubur. Sebab alam kubur yaitu alam yang sangat panjang dan lama sebelum alam akhirat setelah alam dunia.

 

Keadaan kita di alam kubur tergantung amal sewaktu di alam dunia. Jika amal kita waktu di dunia banyak amal kebaikannya, pasti kita akan mendapatkan nikmat kubur. Sebaliknya, jika amal kita sewaktu di dunia banyak amal keburukannya, maka balasannya siksa kubur. Na’uudzu billaahi min dzalik.

 

Sahabat Abu Bakar Shiddiq menjelaskan, bahwa PELITA yang akan menerangi kita di alam kubur dan alam akhirat yaitu “Laa ilaaha illallaah, muhammadarrasuulullaah dan amal kebajikan kita yang diiringi dengan memohon ridho Allah SWT.

 

Banyak hadits yang menyebutkan tentang keutamaan membaca :

لا اله الا الله ، محمد رسول الله

 

.Di antaranya sabda Kangjeng Rosul saw yang  nyebatkeun:

 

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي ‌مَنْ ‌قَالَ ‌لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

 

Artinya : “Hamba Allah yang paling bahagia karena syafaatku yaitu manusia yang mengucapkan :

لا اله الا الله ، محمد رسول الله. Dengan penuh keikhlasan dalam hatinya”. HR. Bukhari.

Alam akhirat adalah alam sesudah kebangkitan dan pemeriksaan amal (alam hisab), karena pada saat itu diputuskan apakah manusia bakal mendapatkan balasan surga atau balasan neraka?.

Apakah mau masuk ke surga atau masuk neraka, pasti harus melewati keGELAPan jembatan Shirothol  Mustaqim yang keadaannya bisa membesar untuk seseorang yang Almal kebajikannya luar biasa, dan bisa mengecil untuk seseorang yang banyak amal keburukannya.

 

Abu Bakar Shidiq berkata : ‘jembatan Shirothol mustaqim juga merupakan suasana jembatan yang gelap untuk manusia.

 

PELITA buat menerangi gelapnya suasana Shirothol Mustaqim adalah Keyakinan kepada Allah SWT dan kepada perkara-perkara ghoib.

 

Saat seseorang hamba diselamatkan dan dimasukan ke surga, apakah dapat berjumpa dengan Allah atu tidak?. Kuncinya adalah membawa aqidah yang bersih dalam hati dan amal kebaikannya, sebagaimana firman Allah SWT :

 

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ ‌فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

 

Artinya :  “barangaiapa yang ingin bertemu dengan Allah SWT (Tuhan pencipta dan pemelihara), hendaklah seseorang beramal Sholeh serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun sepanjang ibadah kepada Allah Yang Esa”.(QS. Al-Kahfi [18]: 110).

 

Walhasil, empat kegelapan yang mungkin pernah dialami oleh kita, yaitu cinta dunia berlebihan, gelap sehingga berbuat dosa, gelap saat d alam ubur dan gelap ketika di akhirat nanti serta gelap saat suasana di jembatan Shirothol Mustaqim, sepantasnya kita menghadapi kegelapan-kegelapan itu. Dengan menyiapkan PELITA-PELITA yang bakal meneranginya

Semoga kita diberikan kemudahan untuk mendapatkan PELITA tersebut. Serta kita termasuk kepada golongan orang-orang yang selamat dari bahaya dunia dan bahagia di akhirat.

امين يا رب العالمين

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ.

 

   Khutbah Kedua:

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ

وَ الْمُسْلِمَاتِ، اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ ويا رافع الدرجات ويا شافي الأمراض ويا دافع ألبليات. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَ تَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Example 300x600
Khutbah Jumat
Khutbah Jum'at

Momen jelang ramadhan Kita mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan tahun ini dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita.Ramadhan juga merupakan bulan pertolongan, momen rezeki orang-orang mukmin akan ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka ia akan diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka.

Khutbah Jumat
Headline

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA* || Dalam kitab Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi A-Haddad menjelaskan ada lima golongan yang dikhawatirkan meninggal dalam keadaan su’ul khatimah atau kematian yang buruk.

Khutbah Jumat
Khutbah Jum'at

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA* Biasanya orang yang meninggalkan shalat adalah karena kemalasan dengan berbagai macam alasan. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari, di mana beliau bersabda : “Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nanti di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, hasan).

Khutbah Jumat
Khutbah Jum'at

Akan dihisab kelak di hari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya, maka tentu menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika shalat seorang hamba jelek, maka hampir dapat dipastikan buruk pulalah seluruh amalnya.