HeadlineKhutbah Jum'at

Khutbah Jumat: Menyimak Wasiat Rasulullah Kepada Abu Dzarr Al Ghifari

58
×

Khutbah Jumat: Menyimak Wasiat Rasulullah Kepada Abu Dzarr Al Ghifari

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat
foto: dok.pribadi

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*


*penulis adalah pegiat da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten

Khutbah Pertama:

 

اَلْحَمْدُ للهِ خَلَقَ الْإِنْسَانَ، عَلَّمَهُ الْبَيَان، وَحَذَّرهُ مِنْ آفَاتِ الْلِّسَانِ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلـٰه إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ المنان، شَهَادَةً تَفْتَحُ لِقَائِلهَا أَبْوابَ الْجِنَان، وَتُغْلِقُ عَنْهُ أَبْوابَ النِّيِرَان، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الْمُؤيَّدُ بِالْمُعْجِزَاتِ وَالبُرهَان، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، أَهْلَ الْبِرِّ وَالْإِيمَانْ، وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرا.

 

أَمَّا بَعْدُ: فيا أَيُّها النَّاس؛ اتَّقوا الله تعالىٰ  تحفَّظوا مِن ألسنتكم، واحْذروا مِن عواقبِ كلامِكم. قالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Ba’da hamdalah sebagai ungkap memuji Allah subhanahu wa ta’ala atas segala anugerah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa melaksanakan ibadah jum’atan seperti saat ini.

 

Kita juga bershalawat untuk Nabi Besar Muhammad Shalallahu alaihi wasallam beserta seluruh keluarga. Para sahabat dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman.

 

Sebagai khatib saya wasiatkan khusus kepada diri sendiri juga kepada jamaah sekalian dengan wasiat yang sangat mulia. Mari tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala . Mari pegang teguh syariat-syariat-Nya. Kita tunaikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebaik-baiknya.

Karena tidak ada bekal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa api neraka kecuali dengan bekal iman dan takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketahuilah, seburuk-buruk umat adalah umat yang suka melanggar syariat-syariat Allah subhanahu wa ta’ala. Seburuk-buruk umat adalah umat yang tidak mau taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Pada kesempatan khutbah ini khotib mengajak kita untuk mengambil ibroh dari wasiat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kepada   Jundub bin Junadah yang kemudian populer dengan sebutan Abu Dzar Al Ghifari :

 

عن أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

 

Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Jundub bin Junadah yang berasal dari salah satu suku yang dikenal handal dalam menempuh perjalanan.

Dia yang kemudian lebih populer disebut dengan Abu Dzar Al Ghifari adalah salah seorang  sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang dikenal paling miskin tapi selalu nampak ceria dan bahagia. Dia berasal dari salah satu suku yang dikenal handal dalam menempuh perjalanan.

ketika ingin menyatakan keislamannya, Abu Dzar menempuh perjalanan yang sangat menantang. Sesampainya di Makkah, ia bahkan berpura-pura menyamar menjadi orang yang hendak thawaf serta seorang musafir yang tersesat dan memerlukan istirahat.

 

Jika kaum Quraisy mengetahui yang dia cari adalah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, mereka akan melenyapkan nyawa Abu Dzar. Karenanya, ia kerap menyimak informasi tentang Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam tiap kali mendengar orang sekitar menyebut nama beliau.

Abu Dzar memiliki karakter yang pemberani, kuat, dan tegas. Ketika bertemu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam pun dia tanpa ragu bersyahadat di depan beliau dan menyatakan keislamannya.

Sebelum Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam  wafat, ia sempat berwasiat kepada Abu Dzar Al Ghifari. Wasiat-wasiat tersebut kemudian dijadikan Abu Dzar sebagai pedoman hidupnya, apa saja yang diwasiatkan Nabi Shalallahu alaihi wasallam kepada Abu Dzar Al Ghifari? Berikut bahasannya seperti dinukil dari buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Mencintai Orang Miskin

 

Wasiat yang pertama ialah mencintai orang miskin.

بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ،

 

“supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka”.

 

Orang miskin yang dimaksud ialah mereka yang serba tidak berkecukupan dan tidak memiliki harta untuk mencukupi hidup namun enggan mengemis.

Dalam mencintai orang miskin, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kaum muslimin untuk bersedekah dan zakat. Sedekah tidak terikat oleh waktu dan aturan, berbeda dengan zakat yang wajib dikeluarkan setahun sekali atau setiap kali panen jika sudah nishab.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Memperhatikan orang yang lebih rendah dari segi materi

 

Wasiat kedua yaitu berkaitan dengan gaya hidup. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam berwasiat agar kaum muslimin melihat kepada orang yang lebih renda dari segi materi dan penghidupan.

 

وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ

 

beliau memerintahkan aku “agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku”.

Dengan demikian, kita dilarang berkaca pada orang yang lebih kaya. Hal tersebut akan menimbulkan sifat dengki dan berujung tidak bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

 

انظروا الى من هو أسفل منكم ولا تنظروا الى من هو فوقكم فهو اجدر ان لا تزدروا نعمة الله عليكم

 

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan,” (HR Bukhari).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Menyambung Tali Silaturrahim

 

Wasiat selanjutnya adalah menyambung tali silaturahim.

 

وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ

 

beliau memerintahkan “agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku”.

 

Hal ini sangat ditegaskan dalam Islam, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat demikian.

Menyambung tali silaturahmi dapat memperkuat ukhuwah islamiyah, Allah berfirman dalam surat An Nisaa ayat 1,

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu,”

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Memperbanyak Ucapan Hauqolah

 

وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

 

“aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),”

 

Ucapan hauqalah ialah

 

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

 

Wasiat ini disampaikan oleh Rasulullah karena termasuk ke dalam dzikir yang memiliki keutamaan dahsyat.

Arti dari kalimat tersebut adalah “Tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah,” karenanya ucapan itu menegaskan kelemahan kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Berani Berkata Benar Meski Pahit

 

Wasiat yang disampaikan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam kepada Abu Dzar Al Ghifari ialah berani berkata benar walaupun pahit.

 

وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ

 

“aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,”

 

Jujur lebih utama dan lebih baik daripada dusta, sepahit apapun kenyataan.

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda,

 

“Jihad yang paling utama adalah mengatakan kalimat yang hak (benar) kepada penguasa yang zalim,” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Tidak Takut pada Celaan Dalam Berdakwah

 

Wasiat lainnya yang diberikan kepada Abu Dzar Al Ghifari yaitu agar tidak takut pada celaan dalam berdakwah,

 

وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ،

 

beliau berwasiat “agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah”.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 39:

 

ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُۥ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا

 

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan,”

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

  • Tidak Mengemis

 

Wasiat yang terakhir adalah tidak meminta-minta.

 

وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا

 

“Beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.

 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengatakan semiskin apapun seseorang, jangan sekali-kali menjadi peminta.

 

Mengemis termasuk ke dalam perbuatan yang tidak mencerminkan sikap dan jiwa seorang muslim. Oleh sebab itu Islam melarang umatnya untuk meminta-minta.

 

Namun, perlu diketahui meminta-minta diperbolehkan dengan catatan untuk kemaslahatan umat. Contohnya seperti meminta sedekah pembangunan masjid, sarana pendidikan, atau anak yatim dan fakir miskin.

Dan membiarkan atau tidak peduli kepada orang miskin bisa menyebabkan terindikasi menjadi pendusta agama. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al Ma’mun :

 

ولا يحض على طعام المسكين

 

“Dan tidak menganjurkan (tidak berusaha) memberi makan/membantu orang-orang miskin”.

 

Wasiat Nabi Shalallahu alaihi wasallam melarang Abu Dzar  meminta-minta jika untuk kepentingan pribadi.

 

معاشر المسلمين رحمكم الله

 

Wasiat Nabi Shalallahu alaihi wasallam tersebut sejatinya tidak semata hanya kepada Abu Dzar Al Ghifari saja, melainkan juga wasiat kepada kita semua sebagai ummatnya yang mahabbah kepadanya dan selalu memohon syafaatnya.

 

Semoga kita dapat melaksanakan wasiat tersebut, sehingga kita pantas menjadi ummat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sekaligus pantas mendapat syafaat beliau.

امين يارب العالمين

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

Khutbah Kedua:

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ : فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عنه وحذر. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ.

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Example 300x600