JAKARTA, Kanal Berita – – Setiap tanggal 12 Rabiul Awwal kaum muslimin selalu memperingati kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam atau yang sering disebut dengan Maulid Nabi.
Kata Maulid sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti lahir. Memperingati atau meraykan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam sendiri merupakan suatu tradisi yang berkembang setelah Nabi Shalallahu alaihi wasallam wafat.
Sebenarnya tidak ada dalil yang jelas dan tegas baik dalam Al Quran maupun Hadits bahwa kaum muslimin harus memperingati atau merayakan Maulid Nabi. Namun sebagian ulama menerangkan bahwa dengan di peringatinya Maulid Nabi Saw ini merupakan suatu wujud ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta penghormatan kepada sang utusan Allah Ta’ala karena berkat jasa beliau ajaran agama Islam sampai kepada kita hingga saat ini dan terhindar dari kebodohan atau jahiliyah.
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah shalallahu alaihi wasallam., substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalistas pada beliau Shalallahu alaihi wasallam . Dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya ada 5 hal hikmah akan adanya Maulid Nabi:
- Peringatan Maulid Nabi Shalallahu alaihi wasallam mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
- Peringatan Maulid Nabi Shalallahu alaihi wasallam adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba). Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.
- Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda, “Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”
- Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam., dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah Ta’ala. Dalam Al Quran Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)” Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita, mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini pada putra-putri kita, melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya.
- Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda : “Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik)
Fadilah Perayaan Maulid Nabi
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab terdapat rincian beberapa ibadah yang dituntut oleh stara’ serta sebagai wujud kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rosullullah. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam :
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”. (Mutafaquh alaih)