HeadlineRegional

Mengungkap Sejarah di Balik Kemegahan Tugu Binokasih Sumedang

×

Mengungkap Sejarah di Balik Kemegahan Tugu Binokasih Sumedang

Sebarkan artikel ini
Bunderan Binokasih Sumedang
Bunderan Binokasih Sumedang

SUMEDANG, KANALBERITA – Bunderan Binokasih Sumedang telah menjelma menjadi lebih dari sekadar persimpangan jalan; ia adalah sebuah monumen megah yang menjadi ikon kebanggaan dan penanda sejarah bagi masyarakat Sumedang dan Tatar Sunda.

Terletak strategis di Kecamatan Sumedang Selatan, bunderan ini tidak hanya mengatur lalu lintas di jalur utama Bandung-Cirebon, tetapi juga memamerkan replika Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, sebuah pusaka tak ternilai dari Kerajaan Pajajaran. Dengan desain arsitektur yang menawan, taman yang asri, serta nilai historis yang kental, Bunderan Binokasih menjadi destinasi yang wajib disinggahi untuk memahami kekayaan budaya Jawa Barat.

Monumen ini berfungsi sebagai etalase kota yang menyambut siapa saja yang melintas, menceritakan kisah kejayaan masa lalu melalui simbol mahkota yang berdiri gagah di puncaknya. Kehadirannya memperkuat identitas Sumedang sebagai “Puseur Budaya Sunda” atau pusat kebudayaan Sunda, menjadikannya titik henti yang edukatif sekaligus memanjakan mata.

Sejarah di Balik Kemegahan Tugu Binokasih

Daya tarik utama Bunderan Binokasih terletak pada nilai sejarahnya yang mendalam, terutama terkait Mahkota Binokasih yang menjadi simbol utamanya. Mahkota ini bukan sekadar hiasan, melainkan saksi bisu peralihan kekuasaan dan kelangsungan peradaban Sunda di masa lampau.

Jejak Mahkota Pusaka Kerajaan Pajajaran

Kisah Mahkota Binokasih bermula dari Kerajaan Pajajaran, salah satu kerajaan Hindu terbesar di Tatar Sunda. Mahkota ini merupakan pusaka agung yang dikenakan oleh para raja Pajajaran sebagai simbol legitimasi dan kekuasaan. Namun, sejarah mencatat momen krusial pada tahun 1579, ketika ibu kota Pajajaran, Pakuan, diserbu oleh pasukan Kesultanan Banten. Di tengah situasi genting tersebut, para petinggi kerajaan berhasil menyelamatkan sejumlah pusaka penting, termasuk Mahkota Binokasih.

Peralihan Mahkota ke Tangan Sumedang Larang

Pusaka-pusaka yang berhasil diselamatkan kemudian diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun, Raja Sumedang Larang yang saat itu dianggap sebagai penerus sah trah Pajajaran. Penyerahan ini bukan hanya tindakan penyelamatan, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa Sumedang Larang adalah pewaris takhta dan kelanjutan dari Kerajaan Pajajaran. Sejak saat itu, Mahkota Binokasih menjadi pusaka leluhur Kerajaan Sumedang Larang dan dirawat turun-temurun hingga hari ini. Replika raksasa di Bunderan Binokasih dibangun untuk menghormati dan mengabadikan warisan agung ini.

Pembangunan Ikon Kebanggaan Kota Sumedang

Proyek pembangunan Bunderan Binokasih merupakan sebuah inisiatif untuk menciptakan landmark yang merepresentasikan identitas Sumedang. Pembangunannya dimulai pada bulan September 2014 dan rampung sepenuhnya pada pertengahan tahun 2016. Proyek ambisius ini berdiri di atas lahan seluas 7.836 meter persegi, dengan tugu utama yang menjulang setinggi 12 meter.

Pendanaan proyek monumental ini didukung oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank BJB dengan total nilai mencapai Rp1,1 miliar. Dana tersebut digunakan untuk membangun tugu, replika mahkota, serta fasilitas pendukung seperti taman, air mancur, dan sistem pencahayaan modern yang membuat bunderan ini tampak memukau di malam hari.

Pesona Arsitektur dan Keunikan Replika Mahkota

Replika Mahkota Binokasih yang berada di puncak tugu menjadi pusat perhatian utama. Dibuat dengan detail yang mengagumkan, replika ini memiliki bobot sekitar 400 kg dengan diameter mencapai 2 meter. Untuk menambah kesan mewah dan otentik, replika ini dihiasi dengan batu-batu giok yang merefleksikan keagungan dan kemewahan Kerajaan Sunda pada masanya.

Pada malam hari, Bunderan Binokasih Sumedang bertransformasi menjadi sebuah pertunjukan cahaya yang spektakuler. Semburan air mancur yang menari-nari berpadu dengan sorotan lampu laser berwarna-warni menciptakan pemandangan yang indah. Keindahan visual ini menjadikan bunderan sebagai ruang publik favorit bagi warga untuk bersantai dan mengabadikan momen.

Bunderan Binokasih: Lebih dari Sekadar Penanda Jalan

Bagi para pelancong dan masyarakat umum, Bunderan Binokasih bukan lagi sekadar penanda persimpangan jalan, melainkan sebuah destinasi wisata sejarah yang kaya akan makna. Lokasinya yang sangat strategis membuatnya mudah diakses oleh siapa pun yang melintasi Sumedang.

Panduan dan Tips Berkunjung ke Bunderan Binokasih

Untuk mendapatkan pengalaman terbaik, disarankan untuk mengunjungi Bunderan Binokasih pada malam hari. Pada saat itulah Anda dapat menyaksikan pertunjukan air mancur dan lampu laser yang memukau. Area taman di sekitarnya juga menjadi tempat yang nyaman untuk bersantai sambil menikmati suasana kota.

Untuk melengkapi perjalanan sejarah Anda, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Museum Prabu Geusan Ulun yang lokasinya tidak jauh dari bunderan. Di museum ini, Anda dapat melihat Mahkota Binokasih yang asli serta berbagai peninggalan bersejarah lainnya dari Kerajaan Sumedang Larang dan Pajajaran.

Akses Mudah di Jalur Strategis

Bunderan Binokasih terletak di perempatan Jalan Prabu Geusan Ulun yang merupakan bagian dari jalan nasional penghubung Bandung dan Cirebon. Aksesibilitas yang tinggi ini menjadikannya titik yang sempurna untuk beristirahat sejenak, berfoto, atau sekadar menikmati keindahan arsitektur yang sarat akan nilai budaya Sunda.

Example 300x600
Khutbah Jumat
Headline

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA* *penulis adalah pegiat da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten   Khutbah Pertama:   الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ…