MADRID, KANALBERITA.COM – Setelah sempat tertunda akibat cuaca buruk, Global Sumud Flotilla yang membawa misi kemanusiaan dan aktivis internasional akhirnya berlayar menuju Gaza pada Senin malam waktu setempat. Keberangkatan rombongan kapal bantuan ini menandai gelombang solidaritas global yang tak henti untuk rakyat Palestina yang terisolasi oleh blokade berkepanjangan.
Misi Kemanusiaan Global Melawan Blokade Gaza
Rombongan pertama Global Sumud Flotilla bertolak dari Barcelona, Spanyol, satu hari setelah jadwal awal karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Organisasi ini mengumumkan melalui akun Instagram mereka bahwa “cuacanya sudah membaik, rombongan kapal pertama telah berlayar, membawa tak hanya para awaknya tapi juga semangat mereka yang berdiri di dek kapal dan semua yang bangkit di seluruh dunia.” Ini bukan sekadar pelayaran; ini adalah manifestasi kuat dari pesan bahwa “Dunia sudah muak, dan Palestina tak sendirian.”
Lebih dari 200 aktivis, politisi, dan seniman dari 44 negara turut serta dalam misi bersejarah ini. Mereka datang dari berbagai latar belakang, dipersatukan oleh satu tujuan: mendobrak blokade Gaza dan menyalurkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Rencananya, lebih banyak kapal akan bergabung dari Italia dan Tunisia dalam beberapa hari ke depan, sehingga total peserta akan mencapai lebih dari 500 orang dengan 60 kapal. Target mereka adalah mencapai Gaza pada pertengahan September ini.
Tokoh Penting dan Suara Lantang untuk Kemanusiaan
Kehadiran sejumlah tokoh terkenal menambah bobot pada gerakan ini. Di antara mereka adalah aktivis iklim terkemuka Swedia, Greta Thunberg, aktor Irlandia Liam Cunningham, aktor Spanyol Eduardo Fernandez, serta mantan walikota Barcelona Ada Colau. Suara-suara mereka menjadi megafon bagi jutaan orang di seluruh dunia yang prihatin atas situasi di Gaza.
“Setiap kapal yang berlayar ke Gaza adalah seruan bagi martabat manusia. Misi ini bukanlah ancaman — ini adalah aksi kemanusiaan melawan barbarisme,” kata Eduardo Fernandez. Ia menambahkan, “Bisu berarti terlibat. Bisu pun membunuh seperti bom.”
Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi dan moralitas di balik misi flotilla. Ini bukan hanya tentang pengiriman bantuan, tetapi juga tentang penegakan keadilan dan pembelaan hak asasi manusia yang universal.
Realitas Pilu di Jalur Gaza dan Seruan Internasional
Misi Global Sumud Flotilla ini berlatar belakang krisis kemanusiaan yang memburuk secara drastis di Jalur Gaza. Sejak blokade diberlakukan Israel pada Maret lalu, 2,4 juta warga Gaza telah menghadapi bencana kelaparan, merebaknya penyakit, dan lumpuhnya sistem layanan umum. Situasi ini diperparah oleh konflik yang tiada henti, di mana lebih dari 63.500 warga Palestina telah kehilangan nyawa sejak Oktober 2023.
Greta Thunberg, yang sebelumnya pernah dideportasi setelah upaya serupa, menegaskan pentingnya tindakan nyata. “Setiap hari, semakin banyak orang tersadar akan besarnya pembantaian dan genosida Israel,” ujarnya. Ia mengkritik kebisuan dunia, menyatakan, “Yang menjadi berita hari ini sepatutnya bukanlah keberangkatan flotilla ini, melainkan dunia yang masih membisu dan para politisi yang mengkhianati dan menelantarkan bangsa Palestina.”
Konsekuensi Hukum dan Tekanan Internasional
Tekanan internasional terhadap Israel juga semakin meningkat. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin otoritas Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan bekas pejabat pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilakukannya di wilayah kantong tersebut. Misi kapal bantuan Gaza seperti Global Sumud Flotilla menjadi simbol nyata dari perlawanan sipil terhadap situasi yang semakin tidak manusiawi.