MUARA GOMBONG, Kanal Berita – Dalam upaya memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di masyarakat pesisir, tim dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIkes) Abdi Nusantara meluncurkan program berbasis teknologi bertajuk “Penerapan Wristband Vital Sign dan Literasi Digital untuk Deteksi dan Monitoring DBD”.
Program ini mendapat pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Skema Pengabdian Masyarakat Pemula tahun 2024.
Ketua tim pengabdian, Tuty Yanuarti, menyampaikan, “Program ini dirancang untuk memberikan solusi konkret dalam upaya pencegahan dan penanganan DBD yang kerap menjadi ancaman serius bagi masyarakat pesisir. Melalui teknologi berbasis Internet of Things (IoT), kami berharap masyarakat tidak hanya lebih sadar akan pentingnya pencegahan dini, tetapi juga memiliki alat pendukung untuk memantau kesehatan secara real-time.”
Fokus Program
Program ini memiliki tiga pilar utama yakni, penerapan teknologi iot untuk surveilans dan monitoring dbd yang mana wristband vital sign berbasis iot akan membantu memantau tanda-tanda vital pasien serta aktivitas harian mereka melalui gps. teknologi ini memberikan data real-time untuk menentukan lokasi berpotensi tinggi penularan, sekaligus mendukung respons cepat terhadap gejala dbd.
Fokus selanjutnya adalah kelompok kerja PKK Pokja IV di wilayah Muara Gembong dilibatkan sebagai agen perubahan (agent of change) untuk meningkatkan literasi digital terkait teknologi IoT dan surveillance penyakit. Adapun kegiatan pelatihan ini meliputi pengetahuan terbaru mengenai pencegahan dan penanganan DBD, langkah-langkah evidence-based practices, serta simulasi pencarian data ilmiah yang relevan.
Rangkaian Kegiatan
Program pengabdian masyarakat ini diawali dengan instalasi sistem IoT yang dilakukan selama dua minggu di Puskesmas Muara Gembong. Dalam tahap ini, tim pengabdian memberikan pelatihan kepada Pokja IV PKK mengenai penggunaan wristband vital sign dan aplikasi digital yang terintegrasi. Wristband ini dilengkapi dengan fitur GPS untuk tracking aktivitas serta pemantauan tanda-tanda vital, yang diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memonitor kesehatan secara real-time.
Setelah instalasi, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan treatment cascade yang berlangsung selama satu minggu. Pelatihan ini memberikan pengetahuan tentang konsep surveillance dan penanganan penyakit berbasis aplikasi digital. Selain teori, peserta juga diberikan simulasi langsung untuk mengaplikasikan konsep tersebut secara praktis, sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi situasi nyata di lapangan.
Tahapan berikutnya adalah workshop evidence-based practices, yang dilakukan melalui metode pembelajaran project-based learning. Dalam workshop ini, peserta diajak untuk memahami bukti terkini serta praktik terbaik dalam pencegahan dan penanganan DBD. Mereka juga dilatih untuk melakukan pencarian data ilmiah yang relevan dan mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.
Program ini ditutup dengan pelatihan literasi digital yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anggota Pokja IV PKK dalam memanfaatkan perangkat digital. Pelatihan ini menitikberatkan pada penggunaan aplikasi dan perangkat digital dengan bijaksana, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di era revolusi industri 4.0.
Harapan dan Keberlanjutan
Tuty menambahkan, “Melalui program ini, kami ingin mendorong masyarakat menjadi lebih proaktif dalam menjaga kesehatan lingkungan dan mengurangi risiko penularan DBD. Kami percaya bahwa kolaborasi teknologi, literasi digital, dan edukasi berbasis bukti akan membawa perubahan yang signifikan menuju tercapainya Visi Indonesia Sehat 2025.”
Dengan pelibatan aktif masyarakat dan dukungan teknologi IoT, program ini diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi di berbagai wilayah untuk memerangi penyakit berbasis lingkungan seperti DBD.