HeadlineKhutbah Jum'at

Khutbah Idul Adha: Kecerdasan Spiritual, Millenial, Sosial dan Finansial Ibadah Qurban

79
×

Khutbah Idul Adha: Kecerdasan Spiritual, Millenial, Sosial dan Finansial Ibadah Qurban

Sebarkan artikel ini
Idul Fitri
Shalat Idulfitri di lapangan ( foto: dok.mui)

Oleh: KH.Drs.Abdurahman Rasna,MA*


*penulis adalah aktivis da’wah dan anggota Komisi Dakwah MUI Pusat serta pengasuh pesantren di Banten

 

Khutbah Pertama:

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

الله اكبر.  الله اكبر.  الله اكبر

لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة واصيلا،  لا اله الا الله ولا نعبد إلا إياه، مخلصين له الدين ولو كره المشركون، ولو كره الكافرون، ولو كره المنافقون.

لا اله الا وحده، صدق وعده،  ونصر عبده، واعز جنده، وهزم الأحزاب وحده.

لأ اله الا الله والله اكبر الله، اكبر ولله الحمد

 

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا،

وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا.

 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْكم  ونَفْسِىْ  بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

 

Puji dan syukur hanya milik Allah Yang Maha Ghafur yang telah menganugerahkan karunianya yang sangat tak terukur kepada kita, sehingga kita dapat menjalankan aktifitas ibadah kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Mulia, Nabi Agung, yakni Nabi Besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Dan semoga sinugrah keberkahan untuk keluarga, para sahabat serta seluruh ummat setianya hingga akhir zaman.

 

Sebagai salah satu rukun khutbah, pada kesempatan ini  khatib mengajak kepada seluruh jamaah, marilah kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Barometer dari ketakwaan adalah kemampuan kita untuk sekuat tenaga, memaksimalkan dalam  menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Posisi kita berada di jalan yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan istiqamah yang tidak berbelok ke kiri dan ke kanan akan menjadikan kita pada posisi tengah dan kuat (ajeg, teteg) sehingga mampu menghantarkan kita pada tujuan yang benar dan hakiki dalam kehidupan di dunia. Karena Ketakwaan ini juga sebagai bekal terbaik dan pakaian terbaik dalam menjalani kehidupan sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala   tegaskan dalam Al Qur’an.

 

Pada kesempatan yang Berkah di Hari  Idul Adha 1445 H/2024M ini, mari kita memaknai  kembali hikmah dibalik  ibadah kurban.

 

Karena Berkuban maknanya tidak hanya mengandung ajaran ritual menyembelih hewan kurban saja. Akan tetapi Lewat berkurban, Islam juga mengajarkan tentang Kecerdasan Millenial yang berdampak pada kehidupan generasi yang akan datang.

 

Kita dapat memetik pelajaran dari peristiwa kurban agung yang dilakukan oleh Sang Kholilullaah Sayyidina Ibrahim as bersama putra terlaaihnya Sayyidina Ismail as. Sebagaimana peristiwanya diabadikan oleh Allah Yang Maha Agung yang titah perintah-Nya selalu kita  laksanakan dan larangan-Nya yang harus kita hindarkan. Peristiwa Kurban Agung itu diabadikan sampai akhir zaman.

Hal tersebut dapat kita temukan dalam kitab Suci Al Qur’anul Karim pada surat aah-Shaaffat (37) ayat 99-111 :

 

وَقَالَ اِنِّيْ ذَاهِبٌ اِلٰى رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ

 

“Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

 

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”

فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ

 

“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).”

 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

 

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

 

فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ

 

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).”

 

وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ

 

“Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!”

 

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

 

“sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

 

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ

 

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”

 

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

 

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

 

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ

 

“Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,”

سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

 

”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”

كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

 

“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

 

اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ

 

“Sungguh, dia termasuk ibadah kurban juga mengandung tentang kecerdasan  sosial yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia.”

 

Dari paparan ayat-ayat tersebut kita dapat mengambil ‘ibrah, bagaimana seorang khalilullah sekaligus seorang ayah yang usinya sudah tua berharap memiliki anak sementara isterinya (Siti Sarah) sudah tidak muda lagi. Dan menurut para medis tidak mungkin seorang Siti Sarah bisa hamil. Namun atas seizin-nya, Nabi Ibrahim as menikahi seorang perawan an-Najjary bernama Siti Hajar. Dan dari pernikahannya dengan Siti Hajar tersebut Nabi Ibramih as dikaruniai seorang putra yang sempurna plus shalih, dialah Isma’il as.

 

Sesaat Siti Hajar an-Najjary melahirkan Isma’il as, suasana sekitar sedang dalam kekeringan dan posisi proses persalinannya berada di lembah bukit berbatuan. Dan Siti Hajar-pun berusaha mencari air agar bisa membersihkan badannya dari lumuran darah persalinan, sekaligus agar dapat menyegarkan tubuhnya dan sebagian diminum untuk menyuburkan ASI-nya sehingga Isma’il as dapat menyusu kepada ibunya.

Siti Hajar, berusaha berlari kecil mencari air di lembah bukit antara Shafa dan Marwa sampai 7 kali putaran. Dan pada putaran ke 7, Siti Hajar mendapat isyarat dari burung gagak yang sedang mematuk-matukan paruhnya di sekitar tumit kaki Isma’il as yang sedang menghentak-an tumitnya ke pasir, dan Siti Hajar-pun mengeruk pasir diantara tumit Isma’il as dan bekas Patukan paruh burung gagak tersebut.

Tidak terlalu dalam dan tidak terlalu lama, maka memancarlah air yang lumayan deras, seraya Hajar an-Najjary pun berbicara setengah teriak “Zam Zam, Zam ZAM”.

Siti Hajar, membersihkan badannya dan meminum air ZAM ZAM tersebut. Badannya bersih segar, ASI-nya subur, dan Isma’il as- pun menyusu kepada Ibunya.

 

الله اكبر ولله الحمد

 

Peristiwa tersebut dinamai sebagai Sa’i yang juga merupakan salah satu rangkaian ibadah haji yang tidak boleh dilewatkan oleh jamaah yang sedang beribadah haji.

 

Setelah Isma’il as beranjak remaja, tiba-tiba Nabi Ibrahim as diuji dengan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui mimpinya, agar belaiu mengurbankan putera tunggal kesayangannya.

Nabi Ibrahim as yang haniif, tak menyergah dan tidak  menolak perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tersebut, beliau siap laksanakan tugas agung tersebut, namun sebelum proses mengurbankan anaknya (Isma’il as), Nabi Ibrahim as menceritakan isi mimpinya kepada isteri-isterinya tak terkecuali kepada putra terkasihnya (Isma’il as), yang pada saat menceritakan itu Nabi Ibrahim as ada sedikit keraguan keluarganya terutama Isma’il as akan menolaknya,

 

يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰى

 

tetapi justeru sebaliknya, Isma’il as spontan menjawab pernyataan sekaligus pertanyaan bapaknya (Ibrahim as) agar bapaknya segera melaksanakan perintah kurban agung tersebut, Isna’il sadar bahwa mimpi ayahandanya bukan sekedar mimpi tapi itu  adalah tugas dari Allah Yang Maha Agung.

 

ياءبت افعل ما تؤمر، ستجدني ان شاء الله من الصابرين.

 

Ketundukan seorang anak kepada orang tuanya apalagi menaati perintah orang tua yang taat kepada perintah Allah  Subhanahu Wa Ta’ala inilah yang akan memartabatkan dan meninggikan derajat seorang anak. Ini yang sering orang sebut dengan kecerdasan Millenial atau MILLENIAL QUOSTION.

Karena seorang anak yang menginginkan Ridha Allah maka dia anak tersebut haruslah mendapat Ridha orang tuanya. Jika anak menolak atau melawan orang tua itu sama dengan anak tersebut sedang menunggu datangnya laknat Allah.

 

Namun perjalanan  peradaban kehidupan manusia sejak Nabi Adam as sampai akhir zaman sepertinya terus akan selalu ada godaan, tak terkecuali perjalanan spiritual kedua hamba Allah yang shaleh tersebut (Ibrahim as dan Ismail as) juga digoda oleh Iblis laknatullah, sampai akhirnya kedua Kekasih Allah tersebut melempari iblis yang menggoda keimanan Ibrahim as dan Ismail as.

Peristiwa ini, sampai saat ini dan seterusnya sampai akhir zaman akan terus terjadi terutama di setiap momen ibadah haji, yaitu Jamarot atau melrmpar jumroh sebagai simbol bentuk perlawanan dan pertentangan manusia kepada anak cucu iblis yaitu syetan laknatullooh.

 

Setelah iblis laknatullah tak sanggup lagi mengganggu Kesungguhan Ibrahim as dan Isma’il as, maka dilakukanlah prosesi pengyembelihan Nabi Ibrahim as atas putranya Nabi  Ismail as, namun saat golok tajam yang  terhunus sudah menempel di leher Isma’il as, saat golok akan ditarik disembelih kan terdengar suara menyeru dari belakang Nabi Ibrahim as yang sudah sangat siap melaksanakan kurban agung.

 

فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ,  وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ,

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ،

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ، وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ، سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ، اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ

 

Dengan berkurban kita juga  kembali melihat kepekaan akan adanya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Itulah gambaran sosial yang selama ini ada di bumi ini. Karena melalui ibadah qurban  Islam juga mengajarkan kecerdasan sosial atau yang sering orang lain sebut dengan istilah SOCIAL QUOSTION yaitu  dengan perintah mengasah empati dan peduli serta saling membantu.

 

Orang kaya membantu orang miskin, orang mampu membantu orang lemah, orang yang kuat membantu orang yang tidak berdaya. Karena sejujurnya ada orang kaya dan mampu itu karena ada do’a dari orang-orang miskin yang dimanusia- kayakan  melalui empati dan peduli para aghniya.

 

Bukan sebaliknya, yang miskin menjadi semakin miskin, yang lemah dan tak berdaya ditindas, diinjak-injak atau dibiarkan hidup terlunta-lunta. Melalui ibadah kurban inilah kita saling membatu, dan  kita kembali diingatkan tentang pentingnya menghadirkan sikap pengorbanan.

 

Sikap ini terwujud dalam bentuk saling peduli kepada sesama, berempati atas penderitaan mereka yang sakit, yang teraniaya, atau yang tengah memikul beban hidup yang teramat berat.

 

Islam mengajarkan kepada kita untuk merasakan senasib sepenanggungan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pepatah, ‘berat sama dipikul ringan sama dijinjing’. Artinya, kita bersama-sama dalam suka dan duka.

 

Dalam hati masing-masing seolah kita berkata kepada mereka, “Sakitmu adalah sakitku, deritamu adalah deritaku, kesedihanmu adalah kesedihanku. Apa yang kamu rasa dan tanggung juga menjadi rasa dan tanggunganku.”

 

 

Seperti inilah yang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sampaikan kepada kita :

 

تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

 

Kamu perhatikan kaum mukminin dalam berkasih sayang, mencintai, tenggang rasa, adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan tidak bisa tidur.” (HR: Bukhari-Muslim).

 

Melaui ibah kurban kita disadarkan bahwa di tengah-tengah kita masih banyak orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, kekurang mampuan dan ketidak berdayaan.

 

Karenanya, kesempatan setiap menjelang dan Idul Adha kita manfaatkan sebagai support diri kita untuk lebih  memperhatikan sesama lewat ibadah kurban.

 

 

معاشر  المسلمين رحمكم الله

 

Ibadah kurban adalah ibadah yang mengandung hikmah ritual sekaligus sosial. Paling tidak, ada enam hikmah ritual ibadah  kurban :

 

Pertama, setiap helai bulu hewan kurban akan dibalas satu kebaikan. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,

 

بكل شعرة حسنة قلنا يا رسول الله فالصوف ؟ قال : فكل شعرة من الصوف حسنة

 

“Setiap satu helai rambut hewan kurban adalah satu kebaikan.” Lalu, sahabat bertanya, “Kalau bulu-bulunya?” Beliau menjawab, “Setiap helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

 

Kedua, ibadah kurban ini merupakan ibadah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,

 

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْفَارِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

 

Tidak ada amalan anak cucu Adam pada Hari Raya Idul Kurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (berkurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan itu akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah -sebagai kurban- di mana pun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

 

 

Ketiga, sebagai ciri keislaman seseorang. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,

 

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

 

“Siapa yang mendapati dirinya dalam kelapangan lalu ia tidak mau berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Id kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

 

Keempat, sebagai syiar Islam.

 

وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ

 

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS. al- Hajj : 34).

 

 

Kelima, mengenang ujian kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang diabadikan dalam Surat ash- Shaffat ayat 102-107.

 

Dan keenam, sebagai misi kepedulian kepada sesama. Dalam hal ini, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,

 

أَيَّام التَّشْرِيق أَيَّام أكل وَشرب وَذكر الله تَعَالَى

 

“Hari Raya Kurban adalah hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (HR Muslim).

 

Selain keenam hikmah tersebut ada satu lagi hikmah ibadah kurban yaitu Kecerdasan Finansial (FINANCIAL QUOSTION).

 

Kecerdasan finansial dari ibadah kurban yaitu menggerakkan ekonomi melalui ketersediaan hewan kurban yang dilakukan para peternak bersekala kecil individual, berkelompok (kelompok peternak) sampai kepada peternakan skala besar dan modern dengan melibatkan para pegawai yang rata-rata berpendidikan rendah (masyarakat kelas bawah), yang sering disebut dengan memartabatkan masyarakat marginal sampai dengan yang berpendidikan tinggi, para dokter hewan, para insinyur peternakan dengan berkolaborasi antara aghniya, dhu’afa serta ulama di bidang peternakan, SMK Peternakan, Pesantren Skill khusus bidang Peternakan, JULEHA (JUru sembeLEh HAlal), Sarjana khusus Rumput untuk menyiapkan ketersediaan Pakan (Bank Rumput) dan lain-lain.

 

Terselenggaranya kolaborasi di bidang peternakan ini adalah sebagai elaborasi sense off belongingness dari peringatan Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

 

…….كي لا يكون دولة من الأغنياء منكم……

 

“….. Agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantaramu saja……”. QS. Al Hasyr : 7

Demikian dengan jelas hikmah berkurban tersebut sangat mengandung nilai agama dan nilai sosial yang luar biasa.

 

Jika nilai-nilai ibadah kurban itu terus digali, diselami, dan diimplementasikan dalam kehidupan kita,  niscaya akan dapat mengantarkan kepada kehidupan sosial yang lebih baik, lebih sejahtera dan barokah.

 

Inilah hikmah ibadah kurban yang dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, bagi yang mampu mari kita. laksanakan ibadah kurban. Minimal kita menyiapkan untuk memBeli dan menyembelih hewan kurban lalu dagingnya kita bagikan kepada kaum papa, duafa, orang-orang miskin, dan setiap orang yang membutuhkan.

 

بارك الله لي ولكم من القراءن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته أنه هو السميع العليم .

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

Khutbah Kedua:

 

الله اكبر   الله اكبر.   الله اكبر

الله اكبر.   الله اكبر.   الله اكبر

الله اكبر.

لا اله الا الله والله اكبر ، الله اكبر ولله الحمد ،

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

 

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Example 300x600