HeadlinePendidikan

Kurikulum Cinta Menuai Kontroversi: FUUI Peringatkan Dampak Terhadap Akidah Islam

1105
×

Kurikulum Cinta Menuai Kontroversi: FUUI Peringatkan Dampak Terhadap Akidah Islam

Sebarkan artikel ini
Menag
Menag Nasaruddin Umar ( foto: dok.kemenag)

BANDUNG,Kanal Berita – Dalam perkembangan terbaru dunia pendidikan Indonesia, Kementerian Agama tengah mempersiapkan program baru bernama “Kurikulum Cinta” yang bertujuan memperkuat nilai toleransi dalam keberagaman. Namun, gagasan ini menuai tanggapan kritis dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap prinsip dasar akidah Islam.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan di tengah masyarakat yang majemuk.

“Kita akan menanamkan rasa cinta antara satu sama lain melalui kurikulum. Karena kalau kurikulum itu mengajarkan hanya fanatik pada kebenaran agamanya masing-masing, lantas seolah-olah agama lain itu menjadi lawannya, bahkan mungkin musuhnya, itu tidak boleh terjadi…..Seolah-olah agama lain itu najis, seolah-olah agama lain itu tidak ada benarnya, itu tidak benar ” jelasnya.

Menurut Menteri Agama, dalam implementasi Kurikulum Cinta, para guru agama nantinya diharapkan tidak menjelek-jelekkan agama lain saat mengajar. Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk menekankan persamaan dan menghindari penanaman benih konflik atau perbedaan pada peserta didik sejak dini.

Menanggapi rencana tersebut, Ketua Umum FUUI, KH Athian Ali M.Dai menekankan bahwa konsep “cinta” sendiri memiliki makna yang dapat bersifat positif maupun negatif yang tergantung konteksnya.

“Dari satu sisi kata ‘Cinta’ sendiri bisa bermakna positif dan baik jika mencintai hal yang baik dan mulia, misal sebagai muslim ia cinta pada Allah dan Rasul-Nya serta cinta pada Islam. Namun cinta juga bisa bermakna negatif jika mencintai keburukan, kemaksiatan, kemunkaran dan tindakan tercela lainnya,” terangnya.

Lebih lanjut, KH Athian menyoroti bahwa penilaian terhadap kurikulum baru ini harus didasarkan pada isi dan implementasinya. Ia menegaskan bahwa untuk kurikulum yang menyangkut pengajaran agama Islam, standar penilaiannnya haruslah berdasarkan syariat Islam, bukan semata-mata berdasarkan pemikiran atau perasaan manusia.

“Sebab perasaan dan pemikiran manusia itu sifatnya nisbi, bisa benar, bisa salah. Sementara yang mutlak benar menurut keyakinan seorang muslim hanyalah kebenaran yang datang dari Allah Swt yakni Al Quran dan dicontohkan Rasulullah Saw lewat haditsnya,” jelasnya.

Poin kritis utama yang disampaikan FUUI adalah pernyataan Menteri Agama yang mengindikasikan bahwa dalam Kurikulum Cinta, guru agama tidak dibenarkan mengajarkan bahwa hanya agama tertentu yang benar sambil menyalahkan agama lain. Menurut KH Athian, pandangan seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar akidah Islam

KH Athian Ali
Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) KH.Athian Ali, M.Dai, Lc,MA( foto: dok.pribadi)

“Ini menyalahi prinsip dasar akidah seorang mukmin yang secara mutlak wajib meyakini hanya Islam agama yang benar dan diridhoi Allah Swt. Sesuai yang Allah Swt tegaskan lewat firman-Nya, ‘Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam’ (QS. Ali Imran: 19),” tegasnya.

KH Athian juga mengutip ayat lain dari Al Quran yang memperkuat pandangannya, yakni Surah Ali Imran ayat 85 yang berbunyi, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, KH Athian menekankan bahwa meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar merupakan prinsip dasar akidah setiap muslim.

“Maka kalau ada seorang muslim yang menyatakan dan meyakini ada agama lain yang benar selain Islam atau menganggap semua agama benar, maka pernyataan tersebut telah mengkufuri dan menentang firman Allah Swt,” tegas KH Athian.

Meskipun demikian, KH Athian menegaskan bahwa keyakinan tersebut tidak berarti bahwa umat Islam tidak dapat bertoleransi dengan pemeluk agama lain. Menurutnya, setiap pemeluk agama pasti juga hanya meyakini kebenaran agamanya , dan itu merupakan hal yang logis dalam konteks keimanan.

“Misalnya umat agama A meyakini bahwa hanya agama A saja yang benar dan agama selain A salah. Dari sisi keimanan , harus seperti itu keyakinan orang yang beragama. Meskipun menurut keyakinan penganut agama lain, agama A itu tidak benar., namun seluruh pengikut agama lainnya harus menghormati hak umat Agama A untuk meyakininya. Dalam Islam, setiap muslim harus menghormati hak kebebasan yang tekah diberikan Allah Swt kepada setiap manusia untuk memilih beriman kepada Allah Swt dan risalah Islam yang diturunkan-Nya, atau mengkufurinya, ” QS Al Kahfi 29.,” jelasnya

KH Athian menambahkan prinsip logika dan nalar yang sehat , tidak mungkin mengantarkan kepada prinsip semua agama itu benar padahal masing-masing saling bertentangan.

” Yang mutlak benar pasti satu, tidak mungkin lebih satu padahal saling bertentangan satu dengan lainnya. Jika ada lebih dari satu dan masing-masing meyakini benar, maka lebih masuk akal jika semua salah dibanding dengan semua benar. Atau salah satu yang benar dan yang lain salah.Jika ada orang meyakini semua agama itu mengajarkan kebaikan, itu bisa benar. Masalahnya tidak setiap yang baik itu benar, tapi yang benar itu pasti baik, dimana ketika yang dianggap baik itu nyata-nyata bertentangan dengan kebenaran Illahi yang mutlak benar, maka pasti tidak baik dan tidak benar,” paparnya.

Kekhawatiran terbesar yang disampaikan KH Athian adalah bahwa implementasi Kurikulum Cinta dari sisi yang menekankan semua agama itu benar, dapat mengakibatkan generasi yang akan datang akan kehilangan pegangan prinsip dalam beragama.

“Jika Kurikulum Cinta yang akan diajarkan demikian maka dikhawatirkan kedepannya anak-anak akan tidak memiliki pegangan prinsip yang paling mendasar dalam beragama,” jelasnya.

Mengakhiri tanggapannya, KH Athian mengajak para ulama dan umat Islam untuk mengkritisi rencana Kurikulum Cinta ini secara konstruktif.

“Apa itu tujuan dari Kurikulum Cinta kedepannya. Jika dimaksudkan agar setiap anak didik menghormati agama lain, tidak menjelek-jelekkan agama lain, bahwa semua agama mengajarkan kebaikan, tentu kita semua sependapat. Namun mengajarkan semua agama itu benar, mengajarkan kepada anak pola berfikir yang salah dan berpotensi membuat anak didik tidak lagi berpegang kepada prinsip beragama yang benar.” tegasnya.

Perdebatan mengenai Kurikulum Cinta ini mencerminkan dinamika yang kompleks dalam menyeimbangkan nilai-nilai toleransi dengan prinsip-prinsip keimanan dalam konteks pendidikan agama di Indonesia. [ ]

Example 300x600
Nasional

FKS Grup terus memperkuat komitmennya di bidang Environmental, Social, and Governance (ESG) dengan meluncurkan berbagai inisiatif yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Salah satu program unggulan yang dijalankan oleh perusahaan adalah FKS Inspire, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia industri.

Haji Indonesia
Bisnis

Angkasa Pura Indonesia mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi calon jemaah haji musim 2025 dengan memindahkan pusat pelayanan ke Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten. Keputusan ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi pelayanan bagi calon jemaah haji yang akan memulai perjalanan suci mereka pada Mei 2025 mendatang.