HeadlineOtomotif

Harga Jual Mobil Listrik Anjlok 40 Persen dalam 2 Tahun: Rahasia yang Tak Pernah Diungkap Dealer

103
×

Harga Jual Mobil Listrik Anjlok 40 Persen dalam 2 Tahun: Rahasia yang Tak Pernah Diungkap Dealer

Sebarkan artikel ini
Mobil Listrik Wuling (tangkapan layar)

BANDUNG, Kanal Berita –  Perkembangan teknologi otomotif telah menghadirkan mobil listrik sebagai alternatif ramah lingkungan bagi kendaraan bermotor konvensional. Di Indonesia, perjalanan mobil listrik dimulai sejak tahun 2012 dengan hadirnya mobil rakitan lokal.

Namun, popularitas mobil listrik baru benar-benar meningkat pada tahun 2020 ketika Hyundai meluncurkan Kona Electric, yang mendapat sambutan positif dari beberapa kalangan termasuk pakar otomotif.

Meskipun awalnya disambut dengan antusias, mobil listrik seperti Hyundai Kona menghadapi tantangan dalam hal harga dan infrastruktur pengisian daya. Harga yang relatif tinggi dan keterbatasan stasiun pengisian daya membuat mobil listrik pada masa itu lebih cocok sebagai kendaraan dalam kota. Hal ini menyebabkan peminatnya terbatas pada segelintir orang yang mampu dan bersedia mengeluarkan dana besar untuk kendaraan dengan jangkauan terbatas.

Kemunculan Wuling Air EV

Tahun 2022 menjadi titik balik bagi mobil listrik di Indonesia dengan hadirnya Wuling Air EV. Mobil listrik kompak ini menawarkan harga yang lebih terjangkau dan desain yang menarik, terutama bagi kaum urban yang peduli lingkungan.

Kesuksesan Wuling Air EV mendorong pabrikan lain untuk lebih serius dalam memasarkan mobil listrik mereka, termasuk Hyundai yang meluncurkan IONIQ 5 sebagai pilihan kendaraan listrik kelas premium.

Meski perkembangan infrastruktur pengisian daya terus meningkat, dengan hadirnya stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di berbagai lokasi termasuk rest area jalan tol, popularitas mobil listrik tampaknya mulai meredup. Salah satu faktor utama yang memengaruhi hal ini adalah masalah harga jual kembali yang cenderung anjlok drastis dalam waktu singkat.

Sebagai contoh, Wuling Air EV yang awalnya dijual dengan harga sekitar Rp238 juta hingga Rp300 juta, dalam waktu kurang dari dua tahun harga bekasnya turun hingga Rp150 jutaan, mengalami penyusutan lebih dari 40%.

Penurunan nilai jual kembali yang signifikan ini tidak hanya terjadi pada mobil listrik kelas menengah, tetapi juga pada mobil premium seperti Hyundai IONIQ 5. Mobil yang awalnya dibanderol dengan harga Rp718 juta hingga Rp759 juta, dalam waktu kurang dari dua tahun harganya turun hingga sekitar Rp500 jutaan. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen potensial mobil listrik.

BACA JUGA : Merek China Mendominasi Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

Harga Baterai Mobil Listrik  Sangat Mahal

Faktor utama yang menyebabkan anjloknya harga jual kembali mobil listrik adalah ketakutan konsumen akan biaya penggantian baterai. Harga baterai mobil listrik bisa mencapai sepertiga dari harga mobil itu sendiri.

Sebagai contoh, baterai Wuling Air EV long range bisa mencapai harga sekitar Rp100 jutaan, sementara harga mobil bekasnya hanya Rp150 jutaan. Hal ini membuat konsumen ragu untuk berinvestasi pada mobil listrik, mengingat potensi biaya besar yang harus dikeluarkan untuk penggantian baterai di masa depan.

Beberapa pabrikan, seperti Wuling, berusaha mengatasi kekhawatiran ini dengan menawarkan garansi baterai seumur hidup. Namun, garansi ini memiliki syarat-syarat tertentu, seperti batasan jarak tempuh maksimal 30.000 km per tahun, larangan pemindahtanganan kendaraan, dan kewajiban melakukan servis rutin di bengkel resmi.

Meskipun upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, tampaknya belum cukup untuk menghilangkan kekhawatiran mereka sepenuhnya.

BACA JUGA : Mobil Hybrid Makin Diminati, Angka Penjualan Bisa Tembus 70 Ribu Unit

Kendaraan Masa Depan

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, mobil listrik tetap dianggap sebagai kendaraan masa depan. Keunggulannya dalam hal ramah lingkungan, efisiensi energi, dan kenyamanan berkendara tidak dapat dipungkiri. Namun, untuk benar-benar diterima secara luas di pasar Indonesia, diperlukan solusi yang lebih komprehensif terkait masalah harga baterai dan nilai jual kembali.

Perkembangan teknologi baterai yang lebih terjangkau dan tahan lama, serta edukasi yang lebih baik kepada konsumen mengenai manfaat jangka panjang mobil listrik, mungkin menjadi kunci untuk mengubah persepsi dan meningkatkan adopsi kendaraan listrik di masa mendatang.

BACA JUGA : Xiaomi Kalahkan Apple dalam Produksi Mobil Listrik

Example 300x600