JAKARTA, Kanal Berita – BPJS Kesehatan dihadapkan pada tantangan serius tahun ini dengan potensi defisit mencapai Rp 20 triliun. Lonjakan drastis dalam pemanfaatan layanan kesehatan menjadi faktor utama pembengkakan defisit tersebut.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron, mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dalam utilisasi layanan kesehatan harian. Angka ini melonjak dari 252 ribu kunjungan per hari beberapa tahun lalu menjadi 1,7 juta kunjungan per hari pada periode saat ini.
“Yang bikin defisit tentu utilisasi. Utilisasi itu meningkatnya, dulu cuma 252 ribu sehari, sekarang 1,7 juta sehari. Melompatnya berapa? Itu. Kalau utilisasi kita harus bayar,” jelas Ghufron di kompleks MPR/DPR, Senayan, seperti dilansir CNBC Indonesia, Senin (18/11/2024).
Di tengah tantangan defisit tersebut, BPJS Kesehatan justru mencatatkan prestasi membanggakan dalam hal cakupan kepesertaan. Per 31 Oktober 2024, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mencakup 277.538.004 jiwa atau setara dengan 98,25 persen populasi Indonesia, melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Kalau kita lihat, RPJMN kita itu menargetkan bahwa 2024 [cakupan kepesertaan JKN] sudah harus mencapai 98 persen. Banyak orang pesimis, ya, tapi rupanya BPJS ini luar biasa. Tahun 2024 telah mencapai sekarang ini 98,25 persen,” ungkap Ghufron .
Menyikapi isu defisit, Ghufron menyebutkan bahwa kenaikan iuran bisa menjadi salah satu solusi, namun belum tentu akan diterapkan. Ia menekankan bahwa keputusan mengenai penyesuaian iuran berada di tangan pemerintah, bukan BPJS Kesehatan.
Terkait tunggakan iuran peserta, Ghufron menegaskan bahwa hal tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap defisit BPJS Kesehatan. Menurutnya, kontribusi tunggakan terhadap beban defisit tergolong kecil dibandingkan dengan faktor utilisasi yang terus meningkat.
Capaian cakupan JKN Indonesia yang hampir mencapai 100 persen ini bahkan diklaim telah melampaui pencapaian Amerika Serikat, menjadikan program ini sebagai salah satu program jaminan kesehatan dengan cakupan terluas di dunia. (Sumber : CNBC Indonesia)