BANDUNG, Kanal Berita – Fenomena munculnya Rozario de Marshall, yang lebih dikenal dengan nama Hercules, kembali menjadi sorotan publik belakangan ini. Mantan preman yang kini memimpin organisasi masyarakat (ormas) GRIB Jaya tersebut menjadi perbincangan setelah berbagai pernyataan kontroversialnya di media sosial, khususnya terkait sikap merendahkan sejumlah purnawirawan TNI.
Menanggapi kontroversi tersebut, Ketua Umum Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali M.Dai, menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya, kemunculan sosok Hercules secara tiba-tiba dengan pengaruh yang terkesan luar biasa memunculkan tanda tanya besar.
“Apa sebenarnya jasa yang bersangkutan bagi negeri ini? Padahal sebagaimana diketahui yang bersangkutan ini mantan preman yang pernah dipenjara karena tindakan kriminal tentunya” ungkap KH Athian dalam pernyataannya.
Kedekatan dengan Lingkaran Kekuasaan
KH Athian mengungkapkan keheranannya terkait posisi Hercules yang terlihat dekat dengan lingkaran kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa Hercules pernah diundang ke Istana Negara dan baru-baru ini bertemu dengan mantan Presiden Jokowi di kediamannya.
“Pada kesempatan tersebut yang bersangkutan dengan gagahnya tampil seolah juru bicara atau bahkan terkesan seakan-akan pakar yang berhak memastikan dan meyakinkan kepada masyarakat bahwa ijazah pak Jokowi itu asli,” terang KH Athian.
Pelecehan Terhadap Tokoh TNI
Pernyataan Hercules yang dianggap melecehkan tokoh-tokoh senior TNI menjadi poin kritik tajam dari FUUI. KH Athian menyoroti ucapan Hercules yang mengatakan bahwa Letjen TNI (Pur) Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta, “sudah bau tanah”, serta pernyataan merendahkan lainnya terhadap Jenderal TNI (Pur) Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI.
“Ungkapan yang bernada hinaan bahkan pelecehan tersebut tidak pantas disampaikan seorang mantan preman kepada tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan TNI dan masyarakat . Belum pernah tercatat dalam sejarah negeri ini, mantan preman menantang mantan panglima TNI ! Masyarakat di negeri ini sejak dulu dikenal sangat beradab dan menghormati yang lebih tua,” papar KH Athian.
Gejala Kegagalan Fungsi Negara
Dalam analisisnya, KH Athian mengutip hasil riset Ian Douglas Wilson, peneliti dari Murdock University Australia, yang menyimpulkan bahwa fenomena ini merupakan indikasi kegagalan negara dalam menjalankan fungsi-fungsi dasarnya untuk melindungi warga, mengatur kehidupan bermasyarakat, dan menciptakan keadilan.
“Wilson juga menambahkan bahwa munculnya ‘tokoh preman’ tersebut dimaksudkan untuk menutupi kegagalan negara dalam kehidupan berbangsa tersebut. Sehingga ketika ada warga negara yang kritis maka dimunculkan tokoh tersebut sebagai penangkalnya,” jelasnya.
KH Athian menekankan bahwa fenomena ini sudah terbukti ketika muncul kritikan masyarakat mengenai isu ijazah palsu, Hercules hadir sebagai pembela. Begitu pula ketika ada kritikan atau usulan dari para purnawirawan TNI yang mengusulkan delapan poin pernyataan sikap, sosok Hercules kembali muncul sebagai penangkal.
Standar Ganda
Ketua Umum FUUI ini juga menyoroti adanya standar ganda dalam penanganan ormas di Indonesia. Ia mengingatkan bahwa umat Islam masih menyimpan pertanyaan terkait pembubaran beberapa ormas Islam tanpa penjelasan dan alasan yang utuh, sementara ormas yang dinilai arogan dan menimbulkan kegaduhan justru terkesan dibiarkan bahkan dipelihara.
” Yang menjadi misi tujuan utama hadirnya Islam dimuka bumi ini adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai manusia, atau dengan kata Iain memanusiakan manusia, agar jauh dari sifat kebinatangan, seperti merasa superior atau paling hebat, paling berkuasa, zalim, merampas hak yang lain, serakah, dan berbagai sifat negatif lainnya, dimana hanya fisiknya saja manusia, sementara karakter atau sifatnya tak ubahnya binatang, bahkan jauh lebih rendah dan lebih hina dari binatang,” jelas KH Athian.
Pentingnya Keteladanan Akhlak
KH Athian menekankan bahwa Islam sangat menghargai proses transformasi seseorang menjadi lebih baik, termasuk jika seorang mantan preman ingin berubah. Namun, yang harus ditampilkan adalah perubahan karakter yang lebih baik agar bisa menjadi teladan, bukan justru memperlihatkan perilaku yang bertentangan dengan norma kesopanan dan keadaban.
“Fungsi utama dari diutusnya Rasulullah Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlak manusia. Sehingga Islam dari segala aspeknya, baik akidah, ibadah dan syariah, semua bermuara pada membentuk atau membangun akhlak manusia yang terpuji,” terangnya.
Lebih lanjut, KH Athian menegaskan bahwa para pemimpin, tokoh bangsa, pejabat, dan tokoh masyarakat seharusnya lebih menunjukkan keteladanan, dengan menampilkan karakter dan akhlak yang mulia, bukan malah sebaliknya menonjolkan sifat atau perilaku yang tidak terpuji.
Fenomena Hercules dan GRIB Jaya ini menjadi cermin bagi masyarakat Indonesia untuk kembali merenungkan bagaimana seharusnya negara hukum berfungsi dan bagaimana perilaku pemimpin atau tokoh publik yang layak diteladani. Kontroversi ini juga mengingatkan pentingnya peran negara dalam menegakkan keadilan dan kesetaraan dalam memperlakukan berbagai elemen masyarakat, termasuk dalam penanganan ormas-ormas di Indonesia. [ ]