Pendidikan

Perjalanan Meraih Mimpi : Dari Pondok Pesantren Hingga Belajar di Turki (Bagian II)

216
×

Perjalanan Meraih Mimpi : Dari Pondok Pesantren Hingga Belajar di Turki (Bagian II)

Sebarkan artikel ini
Berpose bersma teman-teman dari Indonesis (Foto : Dukumen Pribadi)

Ketika aku mencoba mengutarakan keinginanku kepada orang tua untuk mencoba beasiswa ini, respons mereka awalnya kurang positif. Mereka khawatir, apalagi aku adalah anak perempuan. Ibuku sempat melarangku untuk mencoba.

 

Mencari info beasiswa

Waktu itu, cukup sulit bagiku untuk mencari informasi beasiswa. Aku benar-benar awam dengan dunia study abroad. Ditambah lagi, keterbatasan relasi, fasilitas, dan akses internet di pondok pesantren membuat pencarian informasi menjadi lebih menantang.

Aku masih ingat betul bagaimana aku memanfaatkan waktu pelajaran TIK untuk browsing dan mencari informasi tentang beasiswa SMA ke Turki. Mungkin karena saat itu aku kurang aktif mencari informasi, jadi cukup sulit bagiku mendapatkan data yang lengkap dan sesuai kebutuhan.

Namun, setiap kali menemukan informasi baru, rasanya aku sangat antusias dan percaya diri. Entah kenapa, aku merasa yakin bisa melanjutkan SMA di Turki meskipun saat itu aku belum memulai persiapan apa pun. Melihat unggahan dan cerita Kak Agas Kautsar di media sosial membuatku semakin penasaran dan semangat untuk mencari informasi lebih lanjut.

Ketika aku mencoba mengutarakan keinginanku kepada orang tua untuk mencoba beasiswa ini, respons mereka awalnya kurang positif. Mereka khawatir, apalagi aku adalah anak perempuan. Ibuku sempat melarangku untuk mencoba.

Hal ini membuatku berpikir ulang. Namun, setelah merenung, aku memutuskan untuk tetap mencoba. Aku merasa tidak ada salahnya berusaha. Setidaknya aku sudah mencoba, dan apa pun hasilnya nanti, aku tidak akan menyesal karena sudah memberikan yang terbaik.

Kursus bahasa untuk persiapan

Akhirnya, aku bersikeras untuk mendaftar beasiswa. Di awal tahun ajaran kelas 9, aku mulai memaksimalkan pembelajaran di sekolah. Selain mengejar nilai yang telah aku targetkan, aku juga berusaha tetap aktif di kelas, menguasai materi, mencoba banyak hal baru, dan mengikuti beberapa lomba.

Suatu hari, di tengah pelajaran Tahfidzul Quran (THQ), temanku bertanya, “Wa, nanti SMA mau lanjut ke mana?” Di sana, aku menceritakan rencana study abroad ke Turki. Tak disangka, ternyata teman-temanku juga berminat mencoba beasiswa ini.

Hari-hari berikutnya, kami mulai sibuk memikirkan persiapan. Aku ingat betul saat kami bertujuh memutuskan untuk ikut kursus bahasa Inggris bersama. Kami mencari tempat kursus yang fleksibel, bertanya kepada guru bahasa Inggris, hingga akhirnya menemukan tempat yang cocok. Masalah berikutnya muncul terkait izin dan jadwal.

Karena kami anak asrama, kami tidak memegang ponsel. Jadi, kami berkomunikasi menggunakan email. Namun, untuk memeriksa email setiap hari, kami harus memanfaatkan komputer lab atau warnet asrama, yang sering kali memiliki koneksi internet yang sangat lambat.

Setelah masalah jadwal selesai, muncul lagi tantangan baru, yaitu finansial. Hanya beberapa dari kami yang memutuskan untuk memberi tahu orang tua tentang tujuan mengikuti kursus bahasa Inggris ini. Sebagian besar dari kami memilih untuk mencari cara lain. Karena di kota tempat aku mondok agak sulit menemukan tempat kursus bahasa Turki dan informasi tentang itu juga terbatas, kami memutuskan untuk fokus belajar bahasa Inggris dulu.

Banyak hal yang aku lalui bersama enam temanku. Mulai dari proses perizinan yang cukup ketat di pondok pesantren, sulitnya mengatur jadwal kursus karena sering bentrok dengan kegiatan pondok, hingga kelelahan berjalan ke tempat kursus sepulang sekolah. Belum lagi, jika jadwal kursus bertepatan dengan puasa Senin-Kamis di tengah teriknya matahari siang.

Kadang-kadang kami juga mengalami miskomunikasi karena sulitnya akses untuk berkomunikasi dengan admin tempat kursus, hujan-hujanan, atau bahkan tiba-tiba kehabisan ongkos. Jika salah satu dari kami sedang punya uang lebih, biasanya kami akan saling membantu. Tetapi tak jarang juga kami harus berjalan kaki karena uang yang ada hanya cukup untuk satu orang.

Suatu hari, salah satu dari kami memutuskan untuk mundur. Alasannya karena ia tidak lagi mampu membayar biaya kursus, bingung mempersiapkan dokumen, dan orang tuanya tidak mendukung keinginannya. Momen itu sangat mengharukan karena teman-teman lainnya menunjukkan solidaritas dan berusaha agar kami tetap bersama. Akhirnya, kami bisa melanjutkan perjalanan sebagai satu tim lagi.

Selama sekitar tiga bulan, kami mengikuti kursus bersama. Namun, memasuki kelas 9 semester 2, kenyataan mulai memisahkan kami. Beberapa teman mengikuti keinginan orang tua mereka, ada yang melanjutkan ke Madrasah Aliyah (MA), dan ada juga yang memilih sekolah dekat rumah.

Sementara itu, aku tetap bertahan pada pilihanku. Aku memutuskan untuk terus mencoba, meskipun aku belum tahu bagaimana hasilnya nanti. Dalam pikiranku, aku hanya ingin terus berusaha sampai salah satu dari dua kemungkinan terjadi: diterima atau ditolak…..(bersambung)

 

Penulis adalah pelajar yang saat ini tinggal Turki dan bersekolah di özel Hacı Naciye Ateş Anadolu Lissesi, penerima beasiswa  dari lembaga Somuncu Baba Eğitim Kültür ve Sosyal Yardımlaşma Derneği.

Example 300x600
Bisnis

Bulan Ramadan diyakini umat Islam menjadi bulan yang baik untuk memperbanyak amal dan kebaikan, demi meraih sebanyak-banyaknya pahala Tuhan. Selain itu bulan Ramadan juga menjadi sarana yang tepat untuk mempererat hubungan antar manusia, menanamkan nilai nilai moral dalam keluarga, sekaligus membentuk karakter yang baik kepada anak-anak agar memiliki rasa kepedulian terhadap sesama.

Hal inilah yang dilakukan Taro, makanan ringan legendaris yang telah 40 tahun menginspirasi berbagai generasi di Indonesia, dengan menghadirkan program Taro Hunt Ramadan (THR): Petualangan Berburu Kebaikan. Taro yang diproduksi PT FKS Food Sejahtera, menggelar Taro Rangers Family Adventure dengan mengundang semua kalangan mulai dari anak-anak, para orang tua serta puluhan anak yatim piatu.

Ratusan anak bermain dan belajar sambil bertualang bersama melalui kegiatan experiential learning yang sangat seru di sebuah wahana bermain Youreka, di dalam mal Kuningan City, Jakarta Selatan, hari Sabtu (15/3) lalu. Bagi para orang tua, Taro yang juga menggandeng Parentalk mengadakan seminar dan talkshow mengenai pendidikan dan pengasuhan anak dengan mengangkat tema tentang “5 Dasar Budi Pekerti Berpetualang Bersama Anak.”

Kegiatan Ramadhan
Headline

Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Bandung melalui Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) kembali menggelar rangkaian kegiatan Ramadhan 1446 H yang diisi dengan berbagai program edukatif dan spiritual. Agenda tahunan ini akan berlangsung sepanjang bulan suci dengan program utama berupa Mentoring Pengajian Ramadhan bagi karyawan yang diselenggarakan pada 10-20 Ramadhan atau bertepatan dengan 10-20 Maret 2025.

Libur Idul Fitri
Headline

Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan kebijakan libur Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M untuk siswa sekolah yang akan berlangsung selama kurang lebih 20 hari. Kebijakan ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam konferensi pers setelah mengikuti Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Kesiapan Pengamanan Idulfitri 1446 H/2025 M di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jakarta, Senin (10/3/2025).