Kesehatan

Waspadai DBD di Musim Hujan: Pakar Kesehatan Tekankan Pentingnya Pencegahan Terpadu

75
×

Waspadai DBD di Musim Hujan: Pakar Kesehatan Tekankan Pentingnya Pencegahan Terpadu

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Ancaman demam berdarah dengue (DBD) kembali meningkat seiring dengan datangnya musim hujan. Para ahli kesehatan masyarakat menekankan pentingnya kewaspadaan dan tindakan pencegahan komprehensif untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini.

Dalam wawancara dengan media di Jakarta, Kamis, pakar kesehatan masyarakat Tri Yunis mengingatkan masyarakat tentang bahaya genangan air yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk. “Masyarakat harus waspada terhadap genangan air. Barang-barang bekas yang memungkinkan genangan air sebaiknya itu dihilangkan dan dikurangi,” tegasnya.

Pola peningkatan kasus DBD memiliki karakteristik yang unik terkait dengan siklus musim hujan. Ketika musim hujan dimulai, curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Namun, intensitas hujan yang terlalu tinggi justru dapat membatasi pergerakan nyamuk karena mereka kesulitan terbang dalam jarak jauh.

Situasi menjadi lebih berisiko ketika memasuki fase akhir musim hujan. Pada periode ini, curah hujan yang mulai berkurang justru memberikan kondisi optimal bagi nyamuk untuk beraktivitas dan menyebar ke area yang lebih luas. Hal ini menjelaskan mengapa lonjakan kasus DBD sering terjadi pada dua periode kritis dalam setahun, yaitu antara November hingga Desember dan Maret hingga Juni.

Dalam upaya pengendalian DBD, pendekatan multifaset menjadi sangat penting. “Tidak ada satu solusi tunggal yang bisa menyelesaikan masalah ini. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi vaksinasi, penerapan program 3M, serta penggunaan obat nyamuk. Semua harus digunakan,” jelas Tri Yunis.

Program 3M yang mencakup Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat-tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, tetap menjadi langkah fundamental dalam pencegahan DBD. Namun, strategi ini perlu diperkuat dengan intervensi tambahan seperti vaksinasi.

Vaksinasi DBD memiliki protokol yang berbeda tergantung pada riwayat infeksi seseorang. Bagi individu yang belum pernah terinfeksi virus dengue, vaksinasi dapat memberikan perlindungan yang signifikan terhadap infeksi di masa depan. Sementara itu, bagi mereka yang memiliki riwayat infeksi sebelumnya, skema vaksinasi yang berbeda diterapkan, di mana cukup dilakukan satu kali vaksinasi dibandingkan dengan dua kali untuk yang belum pernah terinfeksi.

Keberhasilan pengendalian DBD sangat bergantung pada kolaborasi berbagai pihak. “Semua intervensi ini harus dilakukan dengan konsisten dan terpadu, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun sektor lainnya,” tegas Tri Yunis.

Dengan mengintegrasikan berbagai metode pencegahan, mulai dari menjaga kebersihan lingkungan hingga vaksinasi, diharapkan dapat menurunkan angka kejadian DBD secara signifikan. Peran aktif masyarakat dalam menjalankan program 3M, ditambah dengan dukungan kebijakan pemerintah dalam program vaksinasi, menjadi kunci utama dalam menekan penyebaran penyakit ini.

Kesadaran akan pentingnya pencegahan DBD harus terus ditingkatkan, terutama menjelang dan selama musim hujan. Masyarakat diharapkan tidak hanya fokus pada penanganan ketika wabah sudah terjadi, tetapi juga aktif melakukan tindakan pencegahan secara berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari ancaman DBD. (Antara)

Example 300x600
Bahaya AID
Headline

Keprihatinan terhadap peningkatan kasus HIV di kalangan remaja Jawa Barat mendorong tim dosen keperawatan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Bandung untuk mengambil langkah strategis. Melalui program pengabdian masyarakat bertajuk “GenreMU Say No to HIV”, mereka menginisiasi gerakan edukasi komprehensif yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 5 Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Jumat (7/2/2025).

Headline

Prof. Dr. Sitti Syabariyah, S.Kp., MS.Biomed dari Unisa Bandung dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Keperawatan. Dalam kesempatan yang membanggakan ini, Prof. Sitti menyampaikan orasi ilmiah yang mengupas tentang penemuan signifikan dalam dunia kesehatan. Pidato pengukuhannya yang berjudul “Peranan Nitric Oxide dalam Penyembuhan Luka Diabetes dan Implikasinya pada Intervensi Perawatan Modern untuk Mencegah Amputasi” memberikan perspektif baru dalam penanganan pasien diabetes.

Kesehatan

Dr. Archana Batra, seorang ahli gizi dan pendidik diabetes bersertifikat, menjelaskan bahwa kesulitan mengatur berat badan di usia 50 tahun terkait erat dengan beberapa perubahan biologis. Perubahan massa otot, ketidakseimbangan hormon, dan penurunan metabolisme menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan.

ilustrasi virus
Headline

Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM memberikan pencerahan tentang virus ini saat dihubungi di Jakarta, Selasa. “HMPV sudah dikenal sejak tahun 2001 dan sistem imun manusia lebih familiar dengannya. Virus ini bukan varian baru COVID-19,” tegasnya.

ilustrasi sel kanker
Kesehatan

Sebuah terobosan penelitian yang dipimpin oleh Dr. Gary Luker dari University of Michigan, Amerika Serikat, mengungkap fakta mengejutkan tentang kemampuan sel kanker untuk bertahan dalam tubuh manusia. Studi ini menunjukkan bahwa sel-sel kanker memiliki mekanisme bertahan hidup yang sangat canggih, bahkan setelah menjalani pengobatan.