JAKARTA, Kanal Berita – Pernyataan kontroversial kembali mencuat dari Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri perayaan HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul City International Convention Center. Dalam pidatonya, Prabowo yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gerindra terlihat kesal dengan berbagai kritik yang ditujukan pada pemerintahannya hingga melontarkan kata “ndasmu” (bahasa Indonesia: kepalamu) dengan mimik mengejek, yang disambut tawa para pejabat yang hadir.
Pengamat politik dari Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Teuku Harza Mauludi, menganalisis bahwa sikap resisten Prabowo muncul karena beberapa faktor. “Hal ini terjadi karena dia tidak terbiasa menerima kritikan, ditambah adanya dukungan partai yang besar, serta tingkat kepuasan publik yang diklaim tinggi,” jelasnya seperti dilansir BBC Indonesia.
Kata “ndasmu” tersebut dilontarkan Prabowo saat menanggapi tiga isu utama yang menjadi sorotan publik. Pertama, terkait program makan bergizi gratis yang menjadi program prioritasnya. Meski mengklaim telah menyasar 770.000 anak hingga pertengahan Februari dan menargetkan satu juta anak pada akhir bulan, Prabowo tampak gusar dengan kritik terhadap program tersebut.
“Tidak ada presiden yang punya tongkat Nabi Musa, negara kita sangat besar. Sudah kita mulai sekian ratus orang, masih ada yang komentar belum banyak,” ujarnya, yang kemudian menambahkan dengan berbisik, “Kalau enggak ada wartawan saya bilang ndasmu,” yang disambut gelak tawa hadirin.
Isu kedua yang memancing reaksi serupa adalah kritik terhadap komposisi Kabinet Merah Putih yang dinilai terlalu gemuk. Dengan total 48 menteri, 55 wakil menteri, lima pejabat setingkat menteri, serta belasan utusan khusus, staf khusus, dan penasihat khusus, Prabowo membela struktur kabinetnya dengan membandingkan Indonesia dengan Uni Eropa.
“Kita seluas Eropa, punya 27 menteri keuangan, 27 menteri dalam negeri, 27 menteri luar negeri, panglima… Enggak peduli saya disebut apa, yang penting hasilnya,” tegasnya.
Isu ketiga yang disinggung adalah tuduhan cawe-cawe mantan Presiden Joko Widodo dalam pemerintahannya. Tuduhan ini mencuat setelah tercatat tiga kali pertemuan antara Prabowo dan Jokowi sejak pelantikan, serta seringnya kunjungan menteri Kabinet Merah Putih ke kediaman Jokowi.
Pakar komunikasi politik LSPR, Lely Arrianie, memberikan peringatan bahwa respons semacam ini bisa berdampak negatif bagi citra kepresidenan. “Jika kritikan publik terus menerus dibalas dengan ungkapan yang tidak pantas, maka elektabilitas Prabowo akan terdegradasi pelan-pelan,” tegasnya.
Menanggapi kontroversi tersebut, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, berupaya meredakan situasi dengan menyatakan bahwa Presiden Prabowo tetap mendengarkan semua kritikan dan masukan yang disampaikan. Sebagai bukti, dia menunjuk beberapa kebijakan yang telah direvisi berdasarkan masukan publik, seperti penerapan PPN 12% dan kebijakan gas elpiji 3 kilogram.
Dalam pidatonya, Prabowo sebenarnya menyatakan keterbukaan terhadap pengawasan dan kritik. “Kita harus mau diawasi. Kita harus mau dikoreksi. Kita harus mau dikritik. Tetapi, kritiknya yang benar, jangan kritik berdasarkan dendam,” ujarnya.
Acara HUT Gerindra tersebut juga menarik perhatian karena kehadiran mantan Presiden Joko Widodo bersama putranya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Prabowo bahkan secara terbuka mengakui bahwa kemenangannya dalam Pilpres 2024 tidak lepas dari dukungan Jokowi, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari hadirin. (Sumber : BBC Indonesia)