MEDIAKSICOM – Korea Selatan telah memiliki presiden baru. Lee Jae-myung, kandidat dari Partai Demokrat, secara resmi dinyatakan sebagai presiden terpilih setelah memenangkan pemilihan dadakan yang digelar menyusul pemakzulan mantan presiden, Yoon Suk Yeol. Pengumuman resmi disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Nasional (NEC) Korea Selatan, Roh Tae-ak, pada Rabu pagi, 4 Juni 2025.
“Masa jabatan presiden dimulai saat pemenangnya dikonfirmasi, jadi saya akan mengonfirmasikan waktunya sekarang. Waktu saat ini adalah 6:21 pagi. Komisi Pemilihan Umum Nasional dengan ini menyatakan Lee Jae-myung dari Partai Demokrat sebagai presiden terpilih,” kata Roh Tae-ak, seperti dikutip AFP.
Kemenangan Lee Jae-myung yang meraih 49,42% suara ini menandai berakhirnya masa kekacauan politik yang melanda Korea Selatan setelah pemakzulan Yoon Suk Yeol. Lawannya dari Partai Kekuatan Rakyat, Kim Moon-soo, hanya memperoleh 41,15% suara. Menariknya, masa jabatan Lee Jae-myung dimulai langsung tanpa masa transisi, mengambil alih tugas kepresidenan, termasuk peran panglima tertinggi, dari penjabat Presiden Lee Ju-ho.
Tantangan Berat di Depan Presiden Lee Jae-myung
Jabatan presiden yang diemban Lee Jae-myung bukanlah hal yang mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan berat yang menanti, diantaranya:
Pertumbuhan ekonomi yang lambat:
Korea Selatan, seperti banyak negara lain, tengah menghadapi tantangan ekonomi global yang kompleks. Pertumbuhan ekonomi yang lambat menjadi salah satu prioritas utama yang harus diatasi oleh pemerintahan Lee Jae-myung.
Perang dagang global:
Ketegangan geopolitik dan perang dagang global berdampak signifikan pada perekonomian Korea Selatan. Lee Jae-myung perlu merumuskan strategi yang tepat untuk melindungi perekonomian negara dari dampak negatif tersebut dan mencari peluang di tengah persaingan internasional.
Ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea:
Hubungan antara Korea Selatan dengan Korea Utara, yang masih secara teknis dalam keadaan perang, tetap menjadi isu sensitif. Meningkatnya kekhawatiran atas hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia menambah kompleksitas situasi geopolitik di Semenanjung Korea. Lee Jae-myung perlu menunjukkan kemampuan diplomasi dan strategi yang cermat dalam menangani isu ini.
Trauma Politik Pasca Pemakzulan:
Korea Selatan masih dalam proses pemulihan dari kekacauan politik yang terjadi setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Deklarasi darurat militer oleh Yoon dan kebangkitan sayap kanan telah mengguncang rasa demokrasi kolektif negara tersebut. Lee Jae-myung harus mampu merekatkan kembali persatuan nasional dan memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan.
Visi dan Misi Presiden Lee Jae-myung
Dalam pidato kemenangannya, Lee Jae-myung menyampaikan pesan persatuan dan harapan baru bagi rakyat Korea Selatan. Ia menekankan pentingnya dialog, komunikasi, dan kerja sama, termasuk dengan Korea Utara.
“Meskipun kita mungkin telah berselisih untuk sementara waktu, bahkan mereka yang tidak mendukung kita tetaplah warga negara Republik Korea,” katanya.
Ia juga berjanji untuk “mengejar dialog, komunikasi, dan kerja sama” dengan Korea Utara untuk “menemukan jalan menuju hidup berdampingan secara damai dan kemakmuran bersama”.
Hari Pertama Kerja Presiden Lee Jae-myung
Diperkirakan hari pertama Lee Jae-myung sebagai presiden akan diawali dengan pengarahan telepon tradisional dari komandan tertinggi militer, yang secara resmi mengonfirmasikan pengalihan kendali operasional negara. Ia kemudian akan mengunjungi Pemakaman Nasional, sebuah tradisi yang dijalankan oleh para pendahulunya. Puncaknya adalah upacara pelantikan skala kecil di Majelis Nasional pada pukul 11 pagi waktu setempat.
Kepemimpinan Lee Jae-myung di masa mendatang akan sangat menentukan arah Korea Selatan. Kemampuannya dalam mengatasi tantangan ekonomi, geopolitik, dan politik dalam negeri akan menjadi kunci keberhasilan pemerintahannya. Rakyat Korea Selatan menaruh harapan besar pada presiden baru mereka untuk membawa negara menuju masa depan yang lebih baik dan stabil.
Sumber : cnbcindonesia