HeadlineTeknologi

Pakar dari Google Beri Peringatan kepada Umat Muslim Soal Kecerdasan Buatan (AI)

113
×

Pakar dari Google Beri Peringatan kepada Umat Muslim Soal Kecerdasan Buatan (AI)

Sebarkan artikel ini
Artificial Intellegence dalam pandangan Islam
Pakar AI Dr. Waleed Kadous (Foto : Tangkapan Layar)

BANDUNG, Kanal Berita – Di era digital yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi topik yang tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan . Dari asisten virtual hingga sistem pengambilan keputusan kompleks, AI terus mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia. Namun, di tengah kemajuan teknologi yang menakjubkan ini, muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang dampak AI terhadap sosial, etika, dan bahkan spiritualitas. Bagaimana kita, khususnya  umat Muslim dalam menyikapi revolusi AI ini?

Dr. Waleed Kadous, seorang pakar AI terkemuka yang juga seorang Muslim, belum lama ini menyampaikan pendapatnya dalam sebuah wancara bersama PathOne Network Channel.  Dr. Kadous bukan orang asing di Silicon Valley, dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri teknologi. Ia telah berkontribusi dalam pengembangan AI untuk perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Uber, serta berperan penting dalam pionir Google Maps.

Dengan latar belakang sebagai ilmuwan dan Muslim yang taat, Dr. Kadous menawarkan perspektif yang berharga tentang bagaimana kita dapat memanfaatkan potensi AI sambil tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.  Berikut petikan wawancara tersebut :

Sebagai seseorang yang telah bekerja dengan AI selama beberapa dekade, bagaimana Anda menjelaskan AI secara sederhana?

Esensi dari kecerdasan buatan adalah belajar dari pengalaman. Berbeda dengan komputer tradisional yang hanya mengikuti instruksi tetap, AI dapat beradaptasi dan memodifikasi perilakunya berdasarkan contoh-contoh baru yang dilihatnya. Ini mirip dengan bagaimana manusia belajar dan beradaptasi sepanjang hidup mereka.

Mengingat AI saat ini dapat menghasilkan gambar, teks, video, dan suara yang realistis, seberapa sulit untuk mengautentikasi informasi? Apakah ini sesuatu yang harus diwaspadai?

Ya, ini memang harus diwaspadai. Teknologi ini bisa digunakan untuk memengaruhi pemilihan umum atau menyebarkan informasi palsu yang dipersonalisasi untuk setiap orang. Kita perlu belajar membedakan konten buatan dan asli. Al-Quran sendiri mengajarkan kita untuk memverifikasi berita yang kita terima.

Dari pengalaman Anda, seberapa dekat AI untuk menjadi sadar atau memiliki kesadaran?

Para ilmuwan masih kesulitan mendefinisikan kesadaran. Al-Quran menyatakan bahwa pengetahuan tentang jiwa atau esensi kesadaran adalah urusan Allah. Bahkan, pertanyaan apakah mesin dapat berpikir mungkin tidak relevan karena mesin dan manusia sangat berbeda.

Apakah AI akan menggantikan teman-teman kita? Akankah orang-orang berhenti merasa perlu menikah dan memiliki hubungan antarmanusia?

Sayangnya, saya memang melihat adanya perubahan dalam hal ini. Tingkat pernikahan dan kelahiran di masyarakat Barat menurun drastis, salah satunya akibat pornografi internet. AI dapat memperparah masalah ini dengan menciptakan identitas yang sangat disesuaikan dengan preferensi pribadi seseorang. Ini adalah salah satu kekhawatiran saya tentang bagaimana AI akan berdampak buruk pada masyarakat.

Sam Altman, CEO OpenAI yang menciptakan ChatGPT, mengatakan bahwa teknologi ini mungkin menimbulkan risiko kepunahan. Sebagai seorang Muslim yang berpengalaman di bidang AI, bagaimana tanggapan Anda?

Hal itu tidak membuat saya terlalu khawatir. Jika dibandingkan dengan penyebab kepunahan lain seperti perubahan iklim atau hancurnya unit keluarga, ini bukanlah hal yang paling mengkhawatirkan. Teknologi ini masih dalam tahap awal. Perlu diingat juga bahwa Sam Altman memiliki agenda tertentu sebagai CEO OpenAI.

 Apa saja potensi penggunaan AI di bidang Islam yang dapat berkontribusi secara positif?

Ada beberapa aplikasi menarik, seperti Tarteel yang dapat mendengarkan bacaan Al-Quran Anda dan memberi tahu jika ada kesalahan. AI juga bisa digunakan untuk menghasilkan gambar artistik yang mendorong kita untuk merenung. Ada banyak kemungkinan menarik dalam berbagai aspek Islam jika teknologi ini digunakan dengan tepat.

Sebagai seorang ahli AI, apakah Anda mempercayai informasi yang dihasilkan oleh bot dan program AI?

Tidak, saya tidak mempercayainya sepenuhnya. AI memiliki masalah yang disebut “halusinasi”, di mana mereka bisa membuat informasi palsu namun sangat yakin bahwa informasi tersebut benar. Ini bisa sangat berbahaya, terutama dalam konteks agama. Kita harus sangat berhati-hati menggunakan AI di ruang keagamaan.

Bagaimana bias yang ada pada chatbot AI?

Dr. Kadous: Bias adalah masalah nyata dalam AI. Sistem ini dibuat oleh manusia yang memiliki bias tersendiri, baik dalam algoritma yang mereka tulis maupun data yang mereka gunakan untuk melatih model. Meskipun tidak disengaja, bias akan masuk ke dalam sistem. Namun, ada cara untuk mengurangi bias, seperti mengubah data pelatihan atau mengadopsi “kepribadian Islami” dalam perangkat lunak.

Apakah kemajuan kecerdasan buatan mungkin menimbulkan keraguan pada sifat menakjubkan dari ciptaan Allah?

Tidak bagi saya. Justru sebaliknya. Meskipun kita telah membuat algoritma yang rumit, kita bahkan belum bisa menciptakan seekor lalat seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Semua algoritma ini hanyalah perakitan ulang yang cerdas dari hal-hal yang sudah ada, bukan penciptaan dari nol.

Bagaimana seorang Muslim dapat memastikan bahwa AI tidak merusak hubungan mereka dengan Allah?

AI memiliki potensi untuk digunakan baik secara positif maupun negatif. Kita bisa menggunakannya untuk mempelajari Islam atau membangun materi dakwah yang baik, tetapi juga bisa disalahgunakan. Tergantung pada kita untuk menggunakan manfaat AI untuk membantu kita berkembang menjadi lebih baik secara spiritual.

BACA JUGA :Microsoft meluncurkan AI chatbot ke aplikasi Bing di iPhone dan Android 

Bagaimana Anda melihat AI, apakah AI bisa membawa umat manusia menuju kemajuan dalam 5 – 10 tahun ke depan?

AI akan memperkuat tren yang sudah ada dalam masyarakat. Yang baik akan menjadi lebih baik, dan yang buruk akan menjadi lebih buruk. Saya melihat dunia di mana pendidikan dan pembelajaran akan sangat dipercepat, dan orang-orang merasa lebih produktif di tempat kerja karena tugas-tugas sepele telah diotomatisasi. Namun, saya juga melihat potensi meningkatnya pengangguran dan ketimpangan dalam masyarakat. Sebagai Muslim, kita harus menjadi bagian dari diskusi ini untuk memastikan hal-hal yang benar terjadi di masyarakat.

 Apakah menurut Anda umat Muslim harus merangkul AI atau menunggu dan melihat apa yang terjadi?

Pelajaran sejarah Islam menunjukkan bahwa menunggu bukanlah ide yang baik. Kita ingin orang-orang berada di garis depan keterampilan ini. Jika kita memiliki orang-orang dengan mentalitas yang tepat yang dapat memahami teknologi ini, kita memiliki kesempatan untuk mengarahkannya dengan cara yang bisa membawa lebih banyak kebaikan sosial dan mengurangi bahaya sosial. Kita tidak bisa berpangku tangan. Jika kita tidak memiliki alternatif Islami, orang-orang hanya akan menggunakan ChatGPT atau yang lainnya. Penting bagi kita untuk menjadi bagian dari narasi ini sejak awal.

BACA JUGA : 5 Aplikasi AI Ini Akan Mengubah Cara Anda Bekerja Selamanya!

Example 300x600