DERENDE, KANAL BERITA – Turki menjadi negara yang pertama kali aku kunjungi. Tentunya, perjalananku ke Turki ini sangat luar biasa. Banyak hal baru yang aku alami dan berbagai pengalaman yang aku dapatkan.
Sampai detik ini pun, aku sendiri masih tidak percaya kalau akhirnya aku memiliki kesempatan untuk mencapai impianku, yaitu study abroad, di usia 16 tahun.
Mimpi untuk study abroad sudah ada sejak aku kecil, tepatnya aku juga lupa kapan. Namun, dulu aku kira mimpi itu hanya akan menjadi angan-angan. Hingga akhirnya, di kelas 5 SD, aku begitu yakin bahwa impianku untuk study abroad bisa menjadi kenyataan. Dulu, aku sangat suka dunia baking dan pastry.
Pada waktu itu, negara pertama yang aku tuju adalah Prancis karena di sanalah surga pastry. Sebelum aku tertarik dengan dunia baking dan pastry, aku sebenarnya sudah mengincar Prancis sebagai tujuan kuliahku karena sempat bercita-cita menjadi perancang busana.
Namun, sepertinya mimpi itu tidak bertahan lama. Ternyata, menggambar tidak cocok bagiku sebagai profesi. Aku memang suka menggambar, tetapi aku tidak bisa menikmatinya saat itu menjadi sebuah pekerjaan. Jadi, aku memutuskan bahwa menggambar cukup sebagai hobi saja.
Selanjutnya, aku berpikir untuk menekuni bidang pastry dan baking karena kupikir itu cocok untukku. Namun, lagi-lagi aku merasa bahwa bidang ini bukanlah yang tepat untuk dijadikan profesi. Setelah aku renungkan, dunia baking dan pastry membutuhkan tenaga, latihan, praktik, serta waktu yang banyak.
Ketika SMP, aku harus mondok di pondok pesantren yang lokasinya berbeda kota. Hal ini menjadi kendala untuk praktik secara rutin dan sulit mempelajari bidang tersebut di pondok pesantren. Aku juga berpikir bahwa bidang ini tidak cocok dijalani di usia tua. Saat itu, aku masih kelas 7 SMP, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengganti cita-citaku lagi.
Di kelas 8 SMP, aku mulai tertarik dengan karya sastra dan juga ilmu fikih. Waktu itu, karya sastra yang paling aku sukai adalah karya Chairil Anwar, seperti Aku Binatang Jalang, Aku, dan Karawang-Bekasi. Karena sedang sangat menyukai dunia sastra, aku juga mencoba menulis puisi. Namun, pada akhirnya, aku menyadari bahwa hal ini juga tidak bisa aku jadikan profesi.
Untuk ilmu fikih, karena aku bersekolah di pondok pesantren, aku merasa sangat terbantu untuk mempelajarinya lebih dalam. Tetapi lagi-lagi, aku merasa ini juga bukan jalan yang aku inginkan.
Di akhir kelas 8, aku mulai tertarik dengan ilmu sains, terutama fisika. Meski saat itu aku belum terlalu memahami apa itu fisika, semakin aku mencari tahu, semakin besar rasa ketertarikanku. Pada saat yang sama, aku mendapatkan informasi tentang sekolah menengah atas (SMA) di Turki dari kakak kelasku yang juga teman diskusiku. Dia adalah seseorang yang sering bercerita tentang rencana masa depan, termasuk rencana untuk study abroad.
Satu malam, saat kami makan bersama, dia bercerita tentang seorang konten kreator, Kak @AgasKautsar, yang sedang menempuh SMA di Turki. Cerita itu membuatku penasaran. Ia juga mengatakan bahwa Turki menyediakan beasiswa untuk jenjang SMA. Saat itulah aku kembali teringat dengan rencanaku untuk study abroad.
Saat itu, aku belum tahu banyak tentang Turki. Aku hanya mengenal Turki dari serial Ertuğrul yang sering kami tonton di pesantren saat sekolah dasar, serta dari pelajaran sejarah Islam tentang kekhalifahan Utsmaniyah dan Seljuk. Selain itu, aku juga tahu tentang Cappadocia dan balon udaranya yang terkenal.
Dari sana, aku mulai mencari tahu lebih dalam tentang Turki: budaya, sistem pendidikan, kultur, politik, hingga sosialnya. Di samping itu, aku juga mencari informasi mengenai beasiswa SMA di Turki. Aku mencari tahu tentang persyaratan, kriteria, berkas-berkas yang perlu disiapkan, hingga seleksi dan manfaat yang ditawarkan beasiswa tersebut. (bersambung…….)
Penulis adalah pelajar yang saat ini tinggal Turki dan bersekolah di özel Hacı Naciye Ateş Anadolu Lissesi, penerima beasiswa dari lembaga Somuncu Baba Eğitim Kültür ve Sosyal Yardımlaşma Derneği.