Nasional

Sebanyak 48 Calon Pekerja Migran Dibekali Pelatihan Beladiri Ju-Jitsu

639
×

Sebanyak 48 Calon Pekerja Migran Dibekali Pelatihan Beladiri Ju-Jitsu

Sebarkan artikel ini
48 Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) asal Jawa Barat mendapatkan pembekalan pelatihan beladiri Ju-Jitsu di UPTD LTSA (Layanan Terpadu Satu Atap) Pekerja Migran Indonesia (PMI) Disnakertrans Prov Jabar

BANDUNG, Kanal Berita – Sebanyak 48 Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) asal Jawa Barat mendapatkan pembekalan pelatihan beladiri Ju-Jitsu di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)  Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) Pekerja Migran Indonesia (PMI) Disnakertrans Prov Jabar. Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari, 4-6 September 2024, diberikan langsung co-founder Koporyu Ju-Jitsu Indonesia (KJI), Eko Hendrawan.

Dikatakan Kepala UPTD LTSA PMI Yanu Krisdiyan, pembekalan beladiri kepada para CPMI ini sebagai bagian dari upaya penguatan softskill mereka dalam upaya membangun kepercayaan diri, selain penguatan kemampuan berbahasa atau kemahiran lainnya.

“Beladiri bisa menjadi sarana membangun kepercayaan diri. Penting bagi mereka, minimal mengetahui konsep pertahanan diri sebagai bagian dari penguatan softskill para CPMI sebagai bentuk pencegahan dari hal-hal yang tak diinginkan saat bekerja di luar negeri,” ujarnya kepada Kanal Berita.com di Bandung, belum lama ini.

Selain pembekalan beladiri, para CPMI juga mendapat pembekalan lainnya seperti kemampuan berbahasa Inggris terapan, juga simulasi wawancara yang dilakukan langsung dengan lembaga dari international Recruiters Index Noslus, Slovakia.

Sementara itu, dikatakan Eko Hendrawan, pembekalan kepada CPMI ini lebih menekankan pada pemahaman tentang Konsep Beladiri 4 P, yakni Pray, Predict, Prevent dan Protect. “Belajar beladiri itu, tidak sebatas melatih tangkis, pukul, tendang hingga membanting, tapi harus juga memahami beladiri dengan konsep yang utuh,” ujarnya.

“Belajar beladiri itu tidak hanya urusan melatih teknik, tapi juga perlu pembiasaan melatih hal-hal yang sifatnya non teknik. Penguatan doa, kejelian dalam membaca situasi, mengasah kepekaan dan kewaspadaan adalah bagian non teknis yang harus dilatih,” jelas Eko.
Melatih pukulan, tendangan dan mengantisipasi serangan, katanya, adalah tahapan lain dalam memahami konsep beladiri. “Penguatan pada hal yang bersifat non teknik ini juga menjadi bagian penting dalam upaya pembelaan diri,” katanya.

Selama tiga hari, peserta pelatihan yang berasal dari sejumlah daerah di Jawa Barat, seperti Cianjur, Sukabumi, Cirebon, Subang, Karawang dan Bekasi ini mendapatkan ilmu beladiri Ju-Jitsu. Beragam teknik beladiri diberikan, dari mulai bagaimana cara melepaskan diri dari cengkraman pegangan ke arah lengan, hingga leher, dan diperkenalkan pula bagaimana memanfaatkan barang-barang di sekitar sebagai senjata seperti tisu, lipstik, botol mineral, hingga ATM.

“Teknik yang diberikan kepada CPMI ini sifatnya aplikatif. Artinya, gerakan lumpuhan atau antisipasi diadopsi dari gerakan-gerakan sehari-hari, seperti bercermin, menggaruk, memeras baju atau berjalan,” ujar Eko.

Dengan pengetahun konsep beladiri praktis ini, lanjutnya, para CPMI memiliki bekal dalam merespon upaya tindakan kejahatan yang kapan saja bisa terjadi. “Beladiri itu tidak harus selalu diakhiri dengan adu fisik. Jika penguatan kepekaan dan kewaspadaan terus dibangun, setidaknya ia bisa menghindar dari hal-hal yang membahayakan dirinya,” ujarnya.

Pada kesempatan lain, Kadisnakertrans Prov Jabar, Teppy Wawan Dharmawan, mengatakan peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah hasil saringan dari 1056 pendaftar CPMI. Dana kegiatan ini bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (BHCHT) Tahun Anggaran TA 2024.

“Selama 21 hari mereka akan menjalani learning journey di LTSA PMI. Tentu ini akan jadi pengalaman yang berharga, yang akan menguatkan kemampuan para CPMI,” ujarnya.

Example 300x600
Al Quran
Headline

Kementerian Agama menerima dua rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas penulisan Mushaf Nusantara. Penghargaan ini diberikan dalam kategori jumlah kaligrafer terbanyak yang menulis Al-Qur’an secara serentak dalam waktu 10 jam, serta mushaf dengan corak iluminasi terbanyak.