MALANG, Kanal Berita – Ketertarikan yang kuat terhadap teknologi blockchain membuat seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) berinisiatif mengembangkan cryptocurrency berbasis budaya lokal. Akbar Anwarektino Al Hafiz, mahasiswa jurusan psikologi UM, saat ini sedang membangun cryptocurrency dan ekosistemnya untuk monetisasi karya budaya pertama di dunia yang bernama BatikCoin.
Akbar pun berencana mengembangkan marketplace berbasis web3 sebagai sarana untuk jual beli karya budaya. “Di aplikasi tersebut nantinya orang-orang bisa menjual dan membeli karya budaya, baik berupa karya digital maupun fisik dengan menggunakan mata uang cryptocurrency BatikCoin sebagai instrumen jual-belinya,” ujar Akbar, Jumat (12/7/2024)
Ia menambahkan, untuk progres BatikCoin, saat ini sudah rilis dan dapat diperjualbelikan di beberapa DEX seperti uniswap, pancakeswap hingga sushiswap dengan harga terakhir berada di level $0.012 atau sekitar 2000 rupiah per koinnya. Penggunaan BatikCoin ini diharapkan akan terus meningkat di saat aplikasi marketplace yang dibuat Akbar rampung pada 2026 mendatang.
“Koin ini nanti bisa digunakan sebagai instrumen pembayaran tunggal bagi orang-orang yang ingin membeli karya budaya meliputi: batik, wayang kulit, dll di marketplace yang saya buat,”terang pemuda berusia 22 tahun itu.
Berawal dari pertukaran pelajar
Akbar menuturkan, kecintaannya pada teknologi blockchain dimulai ketika ia mengambil bagian dalam program pertukaran pelajar di Universitas Brawijaya Malang. Meskipun tidak sejalan dengan jurusan yang dipelajarinya saat ini, namun minatnya pada dunia blockchain sangat besar. Ia pun tetap memutuskan untuk mengambil program ditawarkan, meliputi data mining, model jaringan syaraf tiruan, visualisasi data dan metode sains data.
“Pengalaman inilah yang memperkenalkan saya pada konsep baru salah satunya adalah blockchain. Untuk memperluas pemahaman, saya pun aktif mengikuti berbagai bootcamp dan terlibat dalam proyek pengembangan blockchain internasional,” imbuh Akbar yang saat ini juga mengambil kuliah jurusan hukum di Universitas Terbuka.
Bagi pemuda yang memiliki hobi merawat binatang dan tanaman itu, teknologi blockchain ini memiliki potensi besar di masa depan karena banyak keunggulan dibandingkan teknologi lainnya. Akan tetapi, karena teknologi ini relatif baru, maka hanya sedikit sekali orang yang mengembangkan dan memanfaatkan teknologi tersebut.
Meskipun telah memiliki startup yang berfokus pada pengembangan blockchain, Akbar juga memiliki cita-cita untuk menjadi seorang psikolog dan pengacara. “Saya ingin menjadi psikolog sekaligus advokat. Menurut saya melalui kedua profesi tersebut, saya bisa lebih maksimal untuk berperan dalam membantu orang-orang di sekitar saya,” tandas pemilik akun Instagram @akbaranwarektino itu.